Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un berkali-kali menyebut Korea Selatan sebagai musuh utamanya. Bahkan Kim tak ragu akan mengakhiri Korea Selatan jika diserang.
Pernyataan tersebut sempat dilontarkan saat mengunjungi pabrik-pabrik senjata besar, demikian media pemerintah Korut, Korea Central News Agency (KCNA) melaporkan pada hari Rabu, seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (10/1/2024). Kim mengatakan prioritas Pyongyang adalah meningkatkan kemampuan militer untuk pertahanan diri dan pencegahan perang nuklir.
"Jika Korea Selatan berani berupaya menggunakan angkatan bersenjata untuk melawan Korea Utara atau mengancam kedaulatan dan keamanan dan peluang tersebut datang, kami tidak akan ragu untuk memusnahkan Korea Selatan dengan memobilisasi segala cara dan kekuatan yang ada di tangan kami," lapor KCNA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Enam hari kemudian, Kim menyampaikan pernyataan senada. Dia menyerukan agar konstitusi negara itu diubah untuk memastikan bahwa Korea Selatan (Korsel) dipandang sebagai 'musuh utama'.
Dilansir Reuters dan The Star, Selasa (16/1/2024), media pemerintah Korut, KCNA melaporkan, dalam pidatonya di parlemen Korut, Majelis Rakyat Tertinggi pada Senin (15/1) waktu setempat, Kim mengatakan ia telah menyimpulkan bahwa unifikasi (penyatuan) dengan Korsel tidak lagi mungkin dilakukan. Dia pun menuduh Seoul berupaya untuk menumbangkan pemerintahannya.
Kim menilai konstitusi harus diamandemen untuk mendidik warga Korea Utara bahwa Korea Selatan adalah 'musuh utama' dan mendefinisikan wilayah Korea Utara sebagai wilayah yang terpisah dari Korea Selatan.
"Kita tidak menginginkan perang tetapi kita tidak punya niat untuk menghindarinya," kata Kim seperti dikutip KCNA.
Kim Jong Un Umumkan Tak Akan lagi Rekonsiliasi
Kim menyerukan penyusunan ulang konstitusi Korut untuk menghilangkan gagasan kenegaraan bersama antara dua Korea yang terpecah akibat perang itu. KCNA melaporkan dalam pidatonya di sidang parlemen Korut, Majelis Rakyat Tertinggi pada Senin (15/1) waktu setempat, Kim menyalahkan Korea Selatan dan Amerika Serikat karena meningkatkan ketegangan di kawasan, dengan perluasan latihan militer gabungan mereka, pengerahan aset militer strategis AS, dan kerja sama keamanan trilateral dengan Jepang.
Kim menyebut tindakan tersebut telah mengubah Semenanjung Korea menjadi zona risiko perang yang berbahaya.
Dilansir Associated Press, Selasa (16/1/2024), Kim mengatakan mustahil melakukan rekonsiliasi dan reunifikasi secara damai dengan Korea Selatan, yang digambarkannya sebagai "antek kelas atas" dari kekuatan luar yang terobsesi dengan manuver konfrontatif.
Kim juga memerintahkan penghapusan simbol-simbol rekonsiliasi antar-Korea di masa lalu, untuk "sepenuhnya menghilangkan konsep-konsep seperti 'reunifikasi', 'rekonsiliasi' dan 'saudara sebangsa' dari sejarah nasional republik kita."
Kim Jong Un bersumpah akan habisi Korea Selatan di halaman selanjutnya....
Simak juga Video: Pemerintah Selidiki Insinyur Indonesia yang Diduga Curi Teknologi Jet Korea
Sumpah Kim Jong Un Akan Akhiri Korsel Jika Diserang
Kim bersumpah bahwa Pyongyang tidak akan ragu untuk 'mengakhiri' Korea Selatan jika diserang. Hal itu disampaikan Kim Jong Un ketika hubungan antara negara bertetangga tersebut mencapai titik terendah baru.
Korea Utara telah menyatakan Korea Selatan sebagai 'musuh utama'. Korut menutup lembaga-lembaga yang didedikasikan untuk reunifikasi dan penjangkauan serta mengancam perang atas pelanggaran teritorial 'bahkan 0,001 milimeter'.
"Jika musuh berani menggunakan kekuatan terhadap negara kami, kami akan membuat keputusan berani yang akan mengubah sejarah dan tidak akan ragu untuk memobilisasi semua negara adidaya untuk mengakhirinya," kata Kim, menurut Kantor Berita Pusat Korea resmi Pyongyang (KCNA), dilansir AFP, Jumat (9/2/2024).
"Perdamaian bukanlah sesuatu yang bisa diminta atau ditukar melalui negosiasi," tambahnya.
Kim melontarkan komentar tersebut dalam acara Kementerian Pertahanan yang memperingati berdirinya militer negara tersebut.
Kim sebelumnya mengatakan militernya harus 'memusnahkan' musuh jika terprovokasi, mengacu pada Korea Selatan dan sekutunya Amerika Serikat.
Gambar yang dirilis oleh KCNA pada hari Jumat menunjukkan Kim berpegangan tangan dengan putrinya yang masih kecil, Ju Ae, yang menurut beberapa analis sedang dipersiapkan sebagai pemimpin berikutnya.
Gambar-gambar tersebut juga menunjukkan pasangan tersebut menerima sorakan antusias dari tentara berseragam militer, serta berfoto bersama komandan militer.
Kim mengatakan keputusan Pyongyang baru-baru ini untuk mendefinisikan Seoul sebagai musuh utamanya adalah tindakan yang tepat.
"Keputusan untuk mendefinisikan boneka Korea Selatan sebagai negara musuh nomor satu dan musuh yang tidak berubah" dan untuk "menduduki dan menguasai wilayah mereka jika terjadi keadaan darurat adalah demi keamanan abadi negara kita", katanya, menurut ke KCNA.
Sementara Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan pekan lalu bahwa pemerintah Korea Utara yang 'tidak rasional' memungkinkan akan melakukan berbagai provokasi, termasuk serangan siber dan gangguan pesawat tak berawak, menjelang pemilu Korea Selatan pada bulan April.
Pada bulan Januari, Menteri Pertahanan Seoul mengatakan Korea Utara akan menghadapi akhir dari rezimnya jika mereka melancarkan perang.
Parlemen Korea Utara pada hari Rabu memutuskan untuk menghapuskan undang-undang kerja sama ekonomi dengan Korea Selatan, menurut KCNA.
Kim juga telah meningkatkan pengujian senjata, termasuk peluncuran rudal jelajah tahun ini, yang menurut para analis dapat dipasok oleh Korea Utara ke Rusia untuk digunakan di Ukraina.