AS Desak Papua Nugini Tolak Kesepakatan Keamanan dengan China, Kenapa?

AS Desak Papua Nugini Tolak Kesepakatan Keamanan dengan China, Kenapa?

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 05 Feb 2024 15:04 WIB
Papua New Guineas Prime Minister James Marape reacts as he speaks during an interview in Sydney on December 11, 2023. (Photo by DAVID GRAY / AFP)
PM Papua Nugini James Marape (dok. AFP/DAVID GRAY)
Washington DC -

Amerika Serikat (AS) mendesak Papua Nugini untuk menolak tawaran China terkait pakta keamanan potensial. Washington memperingatkan negara Pasifik tersebut bahwa jaminan keamanan apa pun dengan Beijing akan memiliki konsekuensi dan biaya.

"Kami telah melihat bahwa komitmen China dalam bidang pertahanan atau investasi harus dibayar mahal. Itulah yang akan kami katakan kepada PNG (Papua Nugini)," ucap Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) AS Richard Verma dalam wawancara dengan Sydney Morning Herald, seperti dilansir Reuters, Senin (5/2/2024).

Menlu Papua Nugini Justin Tkachenko mengatakan kepada Reuters, pekan lalu, bahwa pihaknya sedang melakukan pembicaraan awal dengan China soal potensi kesepakatan keamanan. Beijing, sebut Tkachenko, menawarkan bantuan untuk Kepolisian Papua Nugini melalui pelatihan, peralatan dan teknologi pengawasan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

AS dan sekutunya, Australia, selama beberapa dekade ini memandang Pasifik sebagai wilayah pengaruh mereka, dan berusaha menghalangi negara-negara kepulauan di sana untuk menjalin hubungan keamanan dengan China, terutama setelah Kepulauan Solomon menekan pakta keamanan dengan Beijing tahun 2022.

Verma, dalam wawancara yang dilakukan di sela-sela kunjungan ke Australia itu, mengatakan hal ini menjadi persaingan untuk mendapatkan pengaruh di wilayah yang kaya akan sumber daya tersebut. "Kita harus bersaing secara agresif," sebutnya.

ADVERTISEMENT

Pernyataan Verma itu dirilis menjelang pidato Perdana Menteri (PM) Papua Nugini James Marape di parlemen Australia pada akhir pekan ini. Otoritas Port Moresby sebelumnya menyebut AS dan Australia sebagai mitra keamanan, sedangkan China disebut sebagai mitra ekonomi yang penting.

"Kami ingin melihat masyarakat memilih pengaturan keamanan atau peluang investasi atau konektivitas tingkat lanjut dengan negara-negara yang mematuhi aturan, yang memenuhi standar internasional," ujar Verma.

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

Saksikan juga 'Saat Kerusuhan Tewaskan 16 Orang, Papua Nugini Tetapkan Status Darurat':

[Gambas:Video 20detik]



"China telah menunjukkan bahwa mereka tidak melakukan hal tersebut. China telah menunjukkan bahwa mereka tidak tertarik pada tatanan berbasis aturan modern," imbuhnya.

Lebih lanjut, dia memperingatkan soal "janji palsu rezim otoriter" dan mengatakan bahwa negara-negara yang memiliki perjanjian investasi dengan China telah mendapati hal itu bisa menjadi "jebakan utang".

"Ada pilihan lainnya di luar sana," sebutnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads