Baghdad -
Sedikitnya 16 orang dilaporkan tewas akibat rentetan serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap target-target terkait Iran di wilayah Irak. Otoritas Baghdad melaporkan bahwa sejumlah warga sipil turut menjadi korban tewas dalam serangan militer AS tersebut.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (3/2/2024), juru bicara pemerintah Irak Bassem al-Awadi dalam pernyataannya menyebut serangan udara AS terhadap wilayah Irak bagian barat, pada Jumat (2/2) waktu setempat, telah menewaskan sedikitnya 16 orang, termasuk sejumlah warga sipil.
Tidak disebutkan secara spesifik jumlah warga sipil yang tewas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Al-Awadi juga menyebut bahwa sekitar 23 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan yang melibatkan sejumlah pesawat pengebom B-1 AS itu.
Menurut Al-Awadi, serangan-serangan AS itu menghantam "lokasi-lokasi di wilayah Akashat dan Al-Qaim, termasuk wilayah di mana pasukan keamanan kami ditempatkan".
Militer AS, dalam pengumumannya, mengklaim telah melancarkan serangan terhadap lebih dari 85 target terkait Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran dan kelompok-kelompok milisi yang berafiliasi dengan Teheran di wilayah Irak dan Suriah pada Jumat (2/2) waktu setempat.
Serangan itu merespons serangan drone yang menewaskan tiga tentara AS dan melukai puluhan orang lainnya di pangkalan Yordania pada akhir pekan lalu.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Komando Pusat AS atau CENTCOM mengungkapkan bahwa target-target serangannya mencakup pusat komando dan kendali serta intelijen, kemudian gudang senjata yang digunakan oleh Pasukan Quds dan milisi pro-Iran, lalu tempat penyimpanan roket, rudal dan drone, serta fasilitas rantai pasokan logistik dan amunisi.
Menurut seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya, sebanyak 85 target yang digempur AS itu berada di sedikitnya tujuh lokasi berbeda, dengan tiga lokasi di wilayah Irak dan empat lokasi di wilayah Suriah.
AS Klaim Beritahu Irak Sebelum Menyerang, Baghdad Membantah!
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih AS John Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa Washington telah memberitahu pemerintah Irak sebelum serangan dilancarkan pada Jumat (2/2) waktu setempat.
"Kami telah memberitahu pemerintah Irak sebelum serangan tersebut," ucap Kirby dalam pernyataannya.
Klaim Kirby itu ditepis oleh Baghdad, yang membantah adanya koordinasi dengan Washington sebelum serangan dilancarkan.
Al-Awadi menuduh AS telah melakukan "penipuan dan distorsi fakta". Dia menyebut klaim Kirby itu sebagai "klaim tidak berdasar yang dibuat untuk menyesatkan opini publik internasional dan menghindari tanggung jawab hukum" atas apa yang disebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional.
"Serangan udara agresif ini akan mendorong situasi keamanan di Irak dan kawasan ke tepi jurang," sebutnya.
Kecaman juga dilontarkan Al-Awadi terhadap penggunaan wilayah Irak sebagai "medan pertempuran untuk menyelesaikan masalah". Dia menegaskan kembali seruan Baghdad untuk mengusir pasukan koalisi internasional pimpinan AS dari wilayah Irak.
Al-Awadi, dalam pernyataannya, menyebut koalisi internasional itu telah "menyimpang dari tugas dan mandat yang diberikan" serta hanya "membahayakan keamanan dan stabilitas di Irak".
AS diketahui menempatkan sekitar 2.500 tentara di wilayah Irak dan sekitar 900 tentaranya di wilayah Suriah sebagai bagian koalisi internasional yang dibentuk tahun 2014 lalu, untuk memerangi kelompok radikal Islamic State (ISIS) -- yang pernah menguasai sebagian besar wilayah kedua negara itu.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini