Kelompok Hamas disebut memberikan respons awal positif untuk proposal gencatan senjata terbaru di Jalur Gaza, yang mencakup pembebasan para sandera yang tersisa. Proposal yang sama yang dimediasi oleh Qatar, Mesir dan Amerika Serikat (AS) itu sebelumnya telah disetujui oleh pihak Israel.
Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Jumat (2/2/2024), respons positif dari Hamas itu diungkapkan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, saat berbicara dalam audiensi di sebuah sekolah pascasarjana yang berbasis di Washington, AS, pada Kamis (1/2) waktu setempat.
Mediator Qatar bersama AS dan Mesir telah melakukan pertemuan dengan para pejabat intelijen Israel di Paris, Prancis, pada Minggu (28/1) waktu setempat, di mana mereka mengusulkan jeda pertempuran selama enam minggu dalam perang di Jalur Gaza dan pertukaran sandera-tahanan untuk ditinjau oleh Hamas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebutkan Al-Ansari bahwa pertemuan di Paris itu telah menghasilkan proposal gencatan senjata yang terkonsolidasi.
"Proposal itu telah disetujui oleh pihak Israel dan sekarang kami mendapat konfirmasi awal yang positif dari pihak Hamas," tutur Al-Ansari.
Al-Ansari mengakui bahwa "masih ada jalan yang sangat sulit di depan kita". Namun dia juga mengatakan bahwa ada harapan untuk "kabar baik" mengenai jeda pertempuran terbaru "dalam beberapa pekan ke depan".
"Kami optimis karena kedua belah pihak kini menyetujui premis yang akan mengerah pada jeda berikutnya," sebutnya.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Namun demikian, seorang sumber Hamas menuturkan kepada AFP bahwa belum ada konsensus mengenai proposal gencatan senjata terbaru itu.
"Belum ada kesepakatan mengenai kerangka perjanjian tersebut -- faksi-faksi memiliki pengamatan penting -- dan pernyataan Qatar itu tergesa-gesa dan tidak benar," ucap sumber Hamas yang ada di Jalur Gaza tersebut.
Sebelumnya, seorang sumber Hamas lainnya mengatakan kepada AFP bahwa rencana gencatan senjata melibatkan tiga tahap akan dimulai dengan penghentian pertempuran selama enam pekan, yang akan memungkinkan lebih banyak pengiriman bantuan ke Jalur Gaza.
Disebutkan juga oleh sumber Hamas itu bahwa hanya "perempuan, anak-anak, dan laki-laki berusia di atas 60 tahun yang sakit" yang disandera oleh militan di Jalur Gaza yang akan dibebaskan pada tahap tersebut. Pembebasan itu akan mendapat imbalan pembebasan tahanan Palestina dari penjara-penjara di Israel.
Masih menurut sumber itu, juga akan ada "negosiasi seputar penarikan pasukan Israel", dengan kemungkinan fase jeda pertempuran tambahan yang melibatkan lebih banyak pertukaran sandera-tahanan.