Kelompok pemberontak Houthi di Yaman memerintahkan semua warga Amerika Serikat dan Inggris yang menjadi staf PBB dan badan-badan PBB untuk meninggalkan negara itu dalam waktu satu bulan.
Hal tersebut disampaikan oleh seorang pejabat PBB kepada kantor berita AFP, Rabu (24/1/2024).
Dalam surat bertanggal 20 Januari dan dibagikan di media sosial, otoritas di ibu kota Yaman, Sanaa yang dikuasai Houthi, mengatakan kepada koordinator residen PBB, bahwa para staf berkewarganegaraan Inggris dan AS memiliki waktu satu bulan untuk "bersiap meninggalkan negara tersebut."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka harus siap berangkat segera setelah batas waktu berakhir," demikian menurut surat itu, seraya disebutkan bahwa pemberitahuan 24 jam akan diberikan melalui surat.
Meskipun mereka hanya menguasai sebagian kecil wilayah Yaman, kelompok Houthi menguasai sebagian besar pusat populasi di negara tersebut.
Seorang pejabat PBB mengonfirmasi kepada AFP bahwa mereka telah menerima memo tersebut.
"PBB dan mitra-mitranya telah mencatat hal ini dan menunggu untuk melihat apa langkah selanjutnya," kata pejabat tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Pengusiran tersebut menyusul serangan gabungan yang dilakukan AS dan Inggris terhadap Houthi, yang bertujuan untuk mengakhiri serangan kelompok tersebut terhadap pelayaran komersial di Laut Merah dan Teluk Aden, yang mengancam perdagangan global.
Militer AS telah melancarkan beberapa serangan lebih lanjut dan, pada hari Selasa (23/1) waktu setempat melakukan serangan gabungan kedua bersama militer Inggris.
Simak juga 'AS-Inggris Kerahkan Jet Tempur Serang Gudang Bawah Tanah Houthi':
Pekan lalu, Washington menetapkan kembali kelompok Houthi sebagai "kelompok teroris global," setelah mencabutnya pada tahun 2021 untuk memudahkan pengiriman bantuan ke Yaman.
Kelompok Houthi telah melancarkan perang saudara di Yaman selama hampir satu dekade melawan pasukan pemerintah, yang didukung oleh koalisi Arab.
Konflik tersebut telah menjerumuskan Yaman, yang sejauh ini merupakan negara termiskin di Semenanjung Arab, ke dalam krisis kemanusiaan yang parah, yang oleh PBB dianggap sebagai salah satu krisis terburuk di dunia.
Sejak pertengahan November, kelompok Houthi telah meluncurkan rudal dan drone yang ditujukan untuk kapal-kapal pengiriman barang yang menurut kelompok tersebut terkait dengan Israel. Serangan ini disebut Houthi sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza yang tengah menghadapi serangan militer Israel.