Usulan Mengada-ada Menlu Israel Agar Warga Gaza Pindah ke Pulau Buatan

Usulan Mengada-ada Menlu Israel Agar Warga Gaza Pindah ke Pulau Buatan

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 23 Jan 2024 20:06 WIB
Menlu Israel, Israel Katz, saat menghadiri pertemuan dengan para Menlu Uni Eropa di Brussels, Belgia. (AP Photo/ Virginia Mayo)
Menlu Israel (dasi merah)-(Foto: AP Photo/ Virginia Mayo)
Tel Aviv -

Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Israel Katz, membuat pernyataan mengada-ada terkait nasib warga Gaza, Palestina. Dia mengusulkan agar warga Gaza dipindah ke pulau buatan di Laut Mediterania.

Dilansir New Arab, Selasa (23/1/2024), pernyataan menggegerkan Katz itu disampaikan dalam pertemuan dengan para Menlu negara-negara Uni Eropa di Brussels, Belgia, pekan ini. Sejumlah sumber yang dikutip media Inggris, The Guardian, menyebut usulan Katz itu menimbulkan kekecewaan para Menlu Uni Eropa yang ditemuinya.

Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk membahas 'rencana perdamaian yang komprehensif' bagi konflik Israel dan Palestina. Katz, menurut laporan situs berita Israel Jerusalem Post, menunjukkan kepada Dewan Menlu Eropa sejumlah video yang menunjukkan pulau buatan di lepas pantai Gaza.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia juga menunjukkan usulan jalur kereta api yang menghubungkan Israel dengan Arab Saudi, Yordania, Bahrain dan Uni Emirat Arab. Dia juga mengatakan tujuan Israel adalah melakukan demiliterisasi di Gaza.

"Tujuan kami jelas: demiliterisasi dan stabilisasi Gaza, dengan Israel mempertahankan kendali keamanan untuk melindungi rakyat kami," ucap Katz dalam pertemuan dengan para Menlu Uni Eropa itu.

ADVERTISEMENT

"Mencapai hal ini akan membuka pintu untuk peluang regional baru, memungkinkan kami untuk mendorong inisiatif ekonomi dan kemanusiaan yang bermanfaat bagi semua orang, termasuk warga Gaza," sambungnya.

Katz sudah bertahun-tahun ini menyerukan pembentukan sebuah pulau buatan di lepas pantai Gaza. Dia mengusulkan gagasan tersebut sejak tahun 2011 ketika dirinya menjabat sebagai Menteri Transportasi Israel di bawah pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu saat itu.

Proposal Katz itu mencakup rencana soal keberadaan pasukan militer internasional untuk mengendalikan pulau buatan tersebut, yang disebutnya akan menjadi pusat pelayaran bagi Jalur Gaza 'setidaknya selama 100 tahun'.

Otoritas Palestina langsung menolak mentah-mentah gagasan yang muncul saat itu dan menyebutnya sebagai 'murni fantasi'.

Usulan Katz itu muncul saat Israel dituduh berupaya mengusir paksa penduduk Gaza dalam perang melawan Hamas. Otoritas kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 25.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas akibat rentetan serangan Israel.

Lebih dari 1,8 juta orang juga terpaksa mengungsi di dalam wilayah Gaza akibat perang tersebut. Tokoh-tokoh terkemuka pemerintahan Israel, termasuk Netanyahu dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir yang kontroversial, telah melontarkan gagasan soal 'imigrasi sukarela' dari Jalur Gaza.

Rencana itu dikecam sebagai eufemisme untuk praktik pembersihan etnis. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Israel menyampaikan bantahan atas laporan The Guardian yang menyebut Katz mengusulkan pemindahan penduduk Gaza ke pulau buatan. Kemlu Israel menyebut Katz tidak pernah mengusulkan hal semacam itu saat bertemu para Menlu Uni Eropa.

Simak Video 'Serangan Mematikan Hamas di Gaza Tewaskan 21 Tentara Israel':

[Gambas:Video 20detik]



Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

"Dia tidak pernah mengatakan hal semacam itu, dan tidak ada rencana seperti itu," tegas Kementerian Luar Negeri Israel kepada The Times of Israel.

Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Katz menyebutkan perumahan juga bisa ditempatkan di pulau itu. Kemlu Israel mengklaim tidak menyebutkan apa pun yang berkaitan dengan relokasi warga Palestina ke sana.

Usulan Gencatan Senjata

Selain itu, Pemerintah Israel dilaporkan telah mengusulkan kepada Hamas melalui mediator Qatar dan Mesir untuk melakukan gencatan senjata di Gaza hingga dua bulan lamanya. Namun, Israel meminta Hamas membebaskan semua sandera yang ditahan di Gaza.

Demikian dilaporkan situs berita AS, Axios yang mengutip pejabat-pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya, seperti dilansir Al Arabiya dan AFP, Selasa (23/1/2024). Kesepakatan itu akan dilakukan dalam beberapa tahap.

Tahap pertama adalah pembebasan perempuan, laki-laki berusia di atas 60 tahun, dan mereka yang berada dalam kondisi medis kritis. Tahap selanjutnya, berdasarkan laporan itu, pembebasan akan dilakukan terhadap tentara perempuan, laki-laki muda sipil, tentara laki-laki dan sandera yang tewas.

Para pejabat Israel mengatakan kesepakatan itu akan mencakup pembebasan tahanan Palestina yang ditahan di Israel dalam jumlah yang belum ditentukan, namun tidak semuanya. Proposal tersebut tidak mencakup janji untuk mengakhiri perang.

Namun, kesepakatan itu disebut akan melibatkan pasukan Israel untuk mengurangi kehadiran mereka di kota-kota besar di Gaza dan secara bertahap mengizinkan penduduk untuk kembali ke wilayah Gaza utara yang porak-poranda akibat perang. Para pejabat mengatakan kesepakatan itu diperkirakan akan memakan waktu sekitar dua bulan untuk diterapkan.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads