Profil Lai Ching-te, Sosok Presiden Baru Taiwan

Yulida Medistiara - detikNews
Minggu, 14 Jan 2024 13:22 WIB
Presiden baru Taiwan, Lai Ching-te. (Foto: AFP/YASUYOSHI CHIBA)
Jakarta -

Lai Ching-te terpilih sebagai Presiden baru Taiwan. Lai Ching-te menang Pilpres Taiwan melawan Hou Yu-ih dari oposisi Kuomintang (KMT).

Lai Ching-te merupakan presiden terpilih yang berasal dari Partai Progresif Demokratik (DPP). Dia sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden Taiwan.

Dilansir situs pemerintah Taiwan, Minggu (14/1/2024), Lai Ching-te lahir pada tahun 1959 di Distrik Wanli Kota New Taipei. Lai Ching-te merupakan putra seorang penambang batu bara.

Setelah menerima gelar BS dari Departemen Pengobatan Fisik dan Rehabilitasi Universitas Nasional Taiwan, Lai menyelesaikan Program Pasca Sarjana Ilmu Kedokteran di Universitas Nasional Cheng Kung.

Dia kemudian memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat dari Universitas Harvard, menjadikannya salah satu dari sedikit dokter di Taiwan yang memiliki keahlian rehabilitasi, perawatan klinis, dan kesehatan masyarakat.

Pada tahun 1994, saat Lai Ching-te menjadi kepala residen di Rumah Sakit Universitas Nasional Cheng Kung, sedangkan Taiwan mengadakan pemilihan gubernur provinsi Taiwan yang pertama, Lai memulai keterlibatannya dalam urusan masyarakat sebagai ketua asosiasi dokter Tainan yang mendukung Chen Ting-nan, calon gubernur dari Partai Progresif Demokrat (DPP).

Selama Krisis Selat Taiwan tahun 1996, Lai memutuskan untuk meniru pendahulunya dalam mengejar demokrasi dan melepaskan karir medisnya untuk terjun ke dunia politik. Dalam pemilihan perwakilan Majelis Nasional tahun itu, dia adalah peraih suara terbanyak dari Kota Tainan, dan dia memulai misi bersejarah untuk membubarkan Majelis Nasional.

Pada tahun 1998, Lai terpilih menjadi anggota Legislatif Yuan yang mewakili Kota Tainan. Dengan memanfaatkan keahlian medisnya, dia memainkan peran dinamis dalam Komite Kesejahteraan Sosial dan Kebersihan Lingkungan sambil menangani lebih dari 100.000 permasalahan lokal.

Lai memberikan penekanan yang sama pada tata kelola yang profesional dan pelayanan yang solid. Warga Tainan menunjukkan apresiasi mereka dengan memilihnya menjadi anggota legislatif selama empat periode berturut-turut (1999-2010).

Pada tahun 2010, Kabupaten Tainan dan Kota Tainan digabung menjadi Kotamadya Khusus Tainan. Lai terpilih sebagai walikota pertama, membangun reputasi pemerintahan yang jujur, rajin, dan efisien yang kemudian dikenal sebagai Kesepakatan Baru Tainan.

Kemudian dia mencalonkan diri kembali pada tahun 2014, Lai memperoleh 72,9% suara, persentase tertinggi dalam sejarah Tainan, dan tertinggi untuk kepala daerah atau kota mana pun sejak pencabutan darurat militer pada tahun 1987.

Sebagai walikota dari tahun 2010 hingga 2017, Lai juga secara aktif mempromosikan diplomasi kota, bekerja sama dengan pemerintah Jepang, Diet Nasional, dan sektor swasta untuk mempromosikan pertukaran dan perjanjian kota kembar, meningkatkan ikatan substantif dalam budaya, pariwisata, olahraga, pertanian, dan bantuan bencana.

Pada bulan November 2019, ketika gerakan anti-ekstradisi mengguncang Hong Kong, Taiwan berada di lokasi strategis utama dalam rangkaian pulau pertama yang membela demokrasi Asia. Ketika lembaga-lembaga demokrasi terancam, Lai menerima undangan Presiden Tsai Ing-wen untuk menjadi pasangan wakil presidennya pada pemilu tahun berikutnya.

Dia membantu Presiden Tsai memenangkan pemilihan kembali dan DPP mempertahankan mayoritas legislatif. Pasangan Tsai-Lai meraih kemenangan dengan rekor tertinggi 8,17 juta suara.

Bersumpah Akan Jaga Negara dari Intimidasi China

Pada Pilpres Taiwan 2024, Lai Ching-te terpilih sebagai Presiden baru Taiwan. Lai bersumpah akan menjaga negara intimidasi dari Cina.

Dengan penghitungan suara dari seluruh TPS, Komisi Pemilihan Umum Pusat mengatakan Lai meraih 40,1 persen suara, mengungguli Hou Yu-ih dari oposisi Kuomintang (KMT) dengan 33,5 persen.

Dilansir AFP, Minggu (14/1/2024), Lai --yang dicap oleh Beijing sebagai ancaman terhadap perdamaian di kawasan yang menjadi titik konflik tersebut-- mendapatkan masa jabatan ketiga berturut-turut yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk Partai Progresif Demokratik (DPP) dalam Pemilu pada hari Sabtu. Sebelumnya Lai Ching-te menjabat sebagai Wakil Presiden Taiwan.

China mengklaim Taiwan yang demokratis, yang dipisahkan dari daratan oleh selat sepanjang 180 kilometer (110 mil), sebagai miliknya dan menolak mengesampingkan penggunaan kekerasan untuk mewujudkan 'unifikasi', bahkan jika konflik tampaknya tidak akan terjadi.

Dalam pidato kemenangannya, Lai mengatakan dia akan menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, dan berjanji mempertahankan dari agresi Cina.

"Kami bertekad untuk menjaga Taiwan dari ancaman dan intimidasi yang terus berlanjut dari Tiongkok," katanya kepada para pendukungnya.

Lihat juga Video: Kritik Keras Mahfud ke KPU: Berkali-kali Ceroboh, Tak Pernah Perbaiki







(yld/idn)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork