Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu sedang mengkhawatirkan rasa frustrasi yang meningkat dalam Partai Likud yang menaungi dirinya. Netanyahu khawatir jika partainya sendiri tiba-tiba bergabung dengan kubu oposisi untuk menggulingkan dirinya dari jabatan PM.
Seperti dilansir kantor berita Anadolu Agency, Rabu (10/1/2024), situasi politik terkini Israel itu dilaporkan oleh surat kabar terkemuka Yedioth Ahronoth. Dukungan untuk Netanyahu diketahui menurun sejak serangan Hamas mengejutkan publik Israel dan tak jelasnya nasib para sandera Israel yang masih ditahan di Jalur Gaza.
Pemimpin oposisi Yair Lapid mengatakan pada Senin (8/1) waktu setempat bahwa partainya, Yesh Atid, siap memberikan suara dukungan untuk upaya mengganti Netanyahu, dengan kandidat penggantinya antara Yuli Edelstein dari Partai Likud atau Benny Gantz atau Gadi Eisenkot dari partai oposisi, Partai Biru dan Putih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam upaya mengendalikan situasi, menurut laporan Yedioth Ahronoth, Netanyahu berupaya menunjuk kembali menteri-menteri yang mengundurkan diri di bawah Undang-undang Norwegia dengan alasan penutupan kementerian-kementerian yang tidak diperlukan.
Diatur dalam Undang-undang Norwegia yang mengatur penunjukan menteri dan anggota parlemen di Israel, setiap anggota parlemen atau Knesset yang mendapatkan jabatan menteri bisa menyerahkan kursinya dalam parlemen kepada anggota partai yang sama yang maju dalam pemilu namun gagal meraup kursi.
"Dalam beberapa hari terakhir, muncul kekhawatiran akan munculnya pemberontakan melawan Netanyahu di Partai Likud dan langkah bersama dengan oposisi untuk menggulingkannya," sebut surat kabar Yedioth Ahronoth dalam laporannya.
"Kritikan terhadap partai dan koalisi yang berkuasa dari para anggota Partai Likud telah meningkat di tengah upaya untuk mengambil tindakan terhadap Netanyahu," imbuh laporan Yedioth Ahronoth.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Pada Senin (8/1) waktu setempat, Lapid secara terang-terangan menyebut Netanyahu "tidak memenuhi syarat untuk memimpin negara".
Seruan untuk menggelar pemilu dini di Israel semakin meningkat saat kritikan menghujani Netanyahu atas kegagalannya mengakui tanggung jawab atas serangan Hamas yang menewaskan sekitar 1.200 orang pada 7 Oktober tahun lalu.
Jajak pendapat yang digelar oleh media lokal Israel dalam beberapa hari terakhir menunjukkan jika pemilu dini digelar sekarang, Netanyahu tidak akan bisa membentuk pemerintahan. Sementara Gantz diprediksi paling mungkin untuk sukses membentuk pemerintahan dan menggantikan Netanyahu.
Selain memicu korban tewas, serangan Hamas juga membuat sekitar 250 orang lainnya disandera dan ditahan di Jalur Gaza. Puluhan sandera telah dibebaskan dalam kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas pada November tahun lalu, namun lebih dari separuhnya diyakini masih ditahan di Jalur Gaza.
Simak juga 'Erdogan: Apa Bedanya Netanyahu dengan Adolf Hitler? Tidak Ada!':