Pembantai 77 Orang, Breivik Depresi Berat-Tak Ingin Lagi Hidup

Rita Uli Hutapea - detikNews
Selasa, 09 Jan 2024 12:58 WIB
Anders Behring Breivik (Foto: REUTERS/Lise Aserud/NTB Scanpix)
Jakarta -

Pembunuh massal asal Norwegia, Anders Behring Breivik mengaku mengalami depresi berat dan tak ingin lagi hidup. Hal itu disampaikan oleh para pengacaranya kepada pengadilan pada Senin (8/1) waktu setempat dalam upaya hukum untuk mencabut masa isolasinya selama bertahun-tahun di penjara.

Dilansir Reuters dan Channel News Asia, Selasa (9/1/2024), Breivik yang menewaskan 77 orang dalam aksi pengeboman dan penembakan pada tahun 2011, menggugat negara dengan alasan bahwa kondisi penjaranya melanggar hak asasi manusia.

Di antara mereka yang menyaksikan persidangan yang digelar di ruang sidang yang terletak di sebuah gym di penjara Ringerike dengan keamanan tinggi di Norwegia adalah Freddy Lie, yang salah satu putrinya ditembak mati oleh Breivik. Satu putrinya yang lain terluka dalam pembantaian itu. "Dia tidak boleh keluar lagi," cetus Lie kepada Reuters.

Breivik memasuki ruang sidang dengan diapit oleh tiga petugas keamanan. Mengenakan jas hitam, kemeja putih, dan dasi coklat, Breivik tidak berkata apa-apa dan hanya duduk diam saat tim kuasa hukumnya memaparkan kasusnya.

"Dia telah diisolasi selama sekitar 12 tahun... Dia hidup di dunia yang benar-benar terkurung," kata pengacaranya, Oeystein Storrvik, kepada hakim.

"Dia tidak ingin hidup lagi," imbuh Storrvik. Dalam satu insiden pada tahun 2018, Breivik menulis kata-kata dalam bahasa Norwegia yang artinya "BUNUH AKU" di dinding selnya dengan menggunakan kotorannya, kata pengacara tersebut.

Breivik membunuh delapan orang dengan bom mobil di Oslo, kemudian menembak mati 69 orang lainnya, kebanyakan dari mereka adalah remaja, di kamp pemuda Partai Buruh pada tanggal 22 Juli 2011. Pembantaian itu merupakan kekejaman terburuk di Norwegia pada masa non-perang.




(ita/ita)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork