Menurut laporan media, dari 28.800 orang yang mengungsi di tempat-tempat penampungan pemerintah, banyak juga yang tidak memiliki air, listrik, dan pemanas yang memadai.
"Kematian akibat bencana harus dicegah dengan cara apa pun. Saya ingin memperbaiki lingkungan yang buruk di tempat penampungan," kata Gubernur Ishikawa Hiroshi Hase kepada lembaga penyiaran publik Jepang, NHK.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Prioritas pertama adalah menyelamatkan orang-orang yang tertimbun reruntuhan, dan menjangkau masyarakat terpencil," ujar Perdana Menteri Fumio Kishida kepada NHK pada hari Minggu.
Kishida mengatakan bahwa pemerintah telah "menerjunkan berbagai helikopter polisi dan pemadam kebakaran" serta kelompok kecil pasukan yang berjalan kaki untuk menjangkau komunitas terpencil.
51 WNI di Prefektur Ishikawa masih mengungsi
Dilansir dari BBC, KBRI Tokyo menyampaikan sebanyak 51 WNI masih mengungsi dari kediaman mereka di Prefektur Ishikawa pascagempa berkekuatan 7,6 atau 7 dalam skala intensitas seismik Jepang. Sebelumnya ada 183 WNI yang tinggal di sejumlah lokasi pengungsian yang tersebar di Kota Ogi, Suzu, Saikai, Wajima, Nanao, Anamizu, Uchinada, Nakanoto, dan Naomi.
Salah satunya Indria Fukuda, yang tinggal di Kota Noto, yang tak jauh dari pusat gempa di Semenanjung Noto di pesisir Laut Jepang.
Ia tinggal di pengungsian yang bertempat di kantor RW sejak hari pertama gempa pada 1 Januari lalu. Pasokan listrik dan gas masih lancar tetapi aliran air terputus.
"Air minum dari pemerintah ada bantuanalhamdulillah untuk minum dan wudhu.. Kalau untuk (menyiram) di WC ketika buang air itu mengambil air dari sungai yang ada di dekat sini," jelas Indria, seraya menambahkan bahwa ketersediaan makanan bagi warga cukup banyak.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.