Kian Bertambah Jumlah Orang Hilang Usai Gempa Dahsyat Jepang

Kian Bertambah Jumlah Orang Hilang Usai Gempa Dahsyat Jepang

Rita Uli Hutapea - detikNews
Senin, 08 Jan 2024 20:08 WIB
Japanese Self-Defense Force soldiers conduct rescue operations at a collapsed house caused by an earthquake in Wajima, Ishikawa prefecture, Japan January 2, 2024, in this handout photo released by the Joint Staff Office of the Defense Ministry of Japan. Joint Staff Office of the Defense Ministry of Japan/HANDOUT via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY.  MANDATORY CREDIT.
Momen tentara evakuasi korban gempa dahsyat Jepang (via REUTERS/JOINT STAFF OFFICE OF THE DEFENS).
Jakarta -

Jumlah orang yang hilang usai gempa bumi dahsyat di Jepang kian bertambah. Laporan terakhir menunjukkan terjadi peningkatan tiga kali lipat orang hilang usai gempa Japang.

Otoritas setempat menyampaikan, jumlah orang hilang setelah gempa dahsyat Magnitudo (M) 7,5 adalah 323, tiga kali lipat pada Senin (8/1). Selain itu, jumlah korban tewas tercatat sebanyak 168 orang.

Sementara itu, tumpukan salju tebal telah mempersulit upaya penyelamatan, seminggu setelah gempa dengan Magnitudo (M) 7,5 mengguncang Jepang pada 1 Januari lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prefektur Ishikawa di Jepang menyampaikan daftar terbaru jumlah orang hilang, pada Senin (8/1), yang melonjak dari 31 orang menjadi 281 orang di Wajima. Tempat itu adalah salah satu tempat yang paling parah terkena dampak gempa. Di sana, puluhan rumah rata dengan tanah dan kebakaran besar menghancurkan wilayah yang luas.

Di kota Suzu di prefektur Ishikawa, seorang wanita berusia 90-an tahun berhasil bertahan hidup selama lima hari di bawah reruntuhan rumah yang runtuh. Dia diselamatkan pada hari Sabtu lalu.

ADVERTISEMENT

"Tetap bertahan!" terdengar suara tim penyelamat memanggil wanita tersebut, dalam rekaman polisi dari lokasi kejadian yang dipublikasikan oleh media lokal, seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (8/1/2024).

"Anda akan baik-baik saja!" kata mereka berteriak. "Tetap positif!"

Hujan yang turun selama berhari-hari meningkatkan risiko tanah longsor lebih lanjut. Sementara salju tebal baru -- yang tingginya lebih dari 10 sentimeter -- dapat menyebabkan lebih banyak bangunan runtuh karena beratnya salju, demikian pemerintah daerah memperingatkan.

Sekitar 18.000 rumah tangga di wilayah Ishikawa masih tanpa listrik pada hari Senin, sementara lebih dari 66.100 rumah tangga tanpa air pada hari Minggu.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Menurut laporan media, dari 28.800 orang yang mengungsi di tempat-tempat penampungan pemerintah, banyak juga yang tidak memiliki air, listrik, dan pemanas yang memadai.

"Kematian akibat bencana harus dicegah dengan cara apa pun. Saya ingin memperbaiki lingkungan yang buruk di tempat penampungan," kata Gubernur Ishikawa Hiroshi Hase kepada lembaga penyiaran publik Jepang, NHK.

"Prioritas pertama adalah menyelamatkan orang-orang yang tertimbun reruntuhan, dan menjangkau masyarakat terpencil," ujar Perdana Menteri Fumio Kishida kepada NHK pada hari Minggu.

Kishida mengatakan bahwa pemerintah telah "menerjunkan berbagai helikopter polisi dan pemadam kebakaran" serta kelompok kecil pasukan yang berjalan kaki untuk menjangkau komunitas terpencil.

51 WNI di Prefektur Ishikawa masih mengungsi

Dilansir dari BBC, KBRI Tokyo menyampaikan sebanyak 51 WNI masih mengungsi dari kediaman mereka di Prefektur Ishikawa pascagempa berkekuatan 7,6 atau 7 dalam skala intensitas seismik Jepang. Sebelumnya ada 183 WNI yang tinggal di sejumlah lokasi pengungsian yang tersebar di Kota Ogi, Suzu, Saikai, Wajima, Nanao, Anamizu, Uchinada, Nakanoto, dan Naomi.

Salah satunya Indria Fukuda, yang tinggal di Kota Noto, yang tak jauh dari pusat gempa di Semenanjung Noto di pesisir Laut Jepang.

Ia tinggal di pengungsian yang bertempat di kantor RW sejak hari pertama gempa pada 1 Januari lalu. Pasokan listrik dan gas masih lancar tetapi aliran air terputus.

"Air minum dari pemerintah ada bantuanalhamdulillah untuk minum dan wudhu.. Kalau untuk (menyiram) di WC ketika buang air itu mengambil air dari sungai yang ada di dekat sini," jelas Indria, seraya menambahkan bahwa ketersediaan makanan bagi warga cukup banyak.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Indria mengaku rumahnya hanya mengalami kerusakan ringan pada dinding, tetapi memilih tinggal di pengungsian bersama dengan keluarga lainnya yang seluruhnya adalah orang Jepang, termasuk dua anak, ibu mertua, dan saudara mendiang suaminya.

Kepada wartawan Sri Lestari di Jepang yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Indria mengatakan belum memastikan kapan akan kembali tinggal di rumahnya.

Sementara itu, Bambang Irawan, pekerja Indonesia yang tinggal di Kota Wajima terpaksa mengungsi di sebuah SMP setelah gempa terjadi pada Senin (01/01) lalu hingga Jumat (05/01).

Apartemen yang ditinggalinya bersama enam rekannya lantainya miring dan dindingnya retak di lantai dua, sementara di lantai satu temboknya sudah jembol karena guncangan gempa.

Saat gempa terjadi ada lima WNI di apartemen tersebut, sementara dua lainnya tengah berada di Kanazawa untuk liburan tahun baru.

Tak lama setelah gempa kedua, ia dan rekannya menuju ke sekolah terdekat yang ditetapkan pemerintah Jepang sebagai lokasi pengungsian. Pada malam pertama, mereka harus melewati malam yang dingin karena keterbatasan fasilitas di lokasi pengungsian.

"Waktu hari pertama cuma dapat tiga selimut untuk lima orang, hari kedua nekat ke apato (apartemen) ambil selimut walaupun masih ada gempa susulan," jelas Bambang kepada wartawan Sri Lestari di Jepang.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads