Dua ledakan bom terjadi pada peringatan pembunuhan Jenderal Garda Revolusi Qasem Soleiman di Iran disebut merupakan perbuatan Amerika Serikat (AS). Pemerintah AS membantah tuduhan Iran tersebut.
Dilansir AFP, Kamis (4/1/2024) otoritas Iran mengatakan dua ledakan di selatan negara itu menewaskan 84 orang. Kantor berita resmi Iran, IRNA, mengutip Menteri Dalam Negeri Ahmad Vahidi yang menyebut jumlah ini berdasarkan hasil statistik forensik.
"menurut statistik forensik, sejauh ini jumlah korban tewas dalam insiden ini telah diumumkan sebanyak 84 orang," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya dilaporkan bahwa 103 orang tewas dalam ledakan di Iran selatan di makam Soleimani, ketika para pelayat berkumpul tepat empat tahun setelah dia tewas dalam serangan drone Amerika Serikat.
Untuk diketahui, Soleimani, yang memimpin unit elit Garda Revolusi Iran, juga merupakan musuh keras kelompok ISIS. Soleimani terbunuh empat tahun lalu di bandara Baghdad, Irak dalam serangan yang diperintahkan oleh presiden AS saat itu, Donald Trump menyusul serangan terhadap pasukan AS di negara itu oleh para milisi Syiah yang terkait dengan Iran.
Revisi jumlah korban tewas ini juga dikonfirmasi oleh kepala layanan darurat Iran, Jafar Miadfar. Dia mengatakan penghitungan sebelumnya disebabkan oleh fakta bahwa beberapa jenazah telah terpotong-potong dan dihitung "beberapa kali."
Miadfar mengatakan bahwa 284 orang terluka dalam kejadian ini. Otoritas Iran menyebut kejadian ini sebagai "serangan teroris" di kota Kerman di Iran selatan. Dia juga menambahkan bahwa "195 orang masih dirawat di rumah sakit."
AS bantah terlibat, simak halaman selanjutnya