Pejabat Amerika Serikat (AS) dan menteri kontroversial Israel terlibat cekcok soal seruan eksodus massal warga Palestina dari Jalur Gaza yang dilontarkan dua menteri Israel dalam kabinet pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.
Kedua menteri Israel itu menyerukan bahwa warga Palestina harus didorong untuk pindah dari Jalur Gaza, dan agar para pemukim Yahudi kembali menempati daerah kantong Palestina tersebut.
Seperti dilansir AFP, Rabu (3/1/2024), seruan kontroversial itu dilontarkan oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ben-Gvir yang dikenal selalu membela Yahudi radikal ini menyerukan, pada Senin (1/1) waktu setempat, agar Israel mempromosikan "solusi untuk mendorong emigrasi penduduk Gaza".
Israel secara sepihak menarik pasukannya dan memulangkan para pemukim Yahudi dari Jalur Gaza tahun 2005 silam, yang mengakhiri kehadiran negara Yahudi itu di daerah kantong Palestina yang dimulai tahun 1967 namun tetap mempertahankan kendali penuh atas perbatasan wilayah tersebut.
Pemerintahan Netanyahu belum secara resmi menyatakan rencana untuk mengusir warga Gaza atau mengirimkan para pemukim Yahudi kembali ke wilayah tersebut sejak perang melawan Hamas berkecamuk pada 7 Oktober tahun lalu.
Namun Ben-Gvir berargumen bahwa kepergian warga Palestina dan pembangunan kembali permukiman Israel merupakan "solusi yang benar, adil, bermoral dan manusiawi".
"Ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan proyek yang mendorong warga Gaza untuk beremigrasi ke negara-negara di seluruh dunia," cetus Ben-Gvir saat berbicara dalam rapat partai ultranasionalis Otszma Yehudit yang dipimpinnya.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan juga 'Harapan Anak-anak Palestina di Tahun Baru: Saya Harap Tak Meninggal di 2024':
Seruan Ben-Gvir itu disampaikan sehari setelah Smotrich, yang menjabat Menteri Keuangan Israel, juga menyerukan kembalinya para pemukim Yahudi ke Jalur Gaza. Smotrich bahkan mencetuskan agar Israel "mendorong" sekitar 2,4 juta warga Palestina untuk meninggalkan wilayah Jalur Gaza.
Pejabat AS Tolak Seruan 2 Menteri Israel, Tegaskan Gaza Tanah Palestina
Reaksi keras terhadap seruan kedua menteri Israel itu disampaikan oleh AS, yang merupakan sekutu Tel Aviv.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, menegaskan bahwa Washington "menolak pernyataan baru-baru ini dari Menteri Israel Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir yang menganjurkan pemukiman kembali warga Palestina di luar Gaza".
"Retorika ini menghasut dan tidak bertanggung jawab," sebut Miller dalam pernyataannya mewakili otoritas AS.
Ditegaskan kembali oleh Miller bahwa posisi AS sudah "jelas, konsisten, dan tegas" bahwa Jalur Gaza merupakan tanah Palestina.
"Gaza adalah tanah Palestina, dan akan tetap menjadi tanah Palestina, dengan Hamas tidak lagi mengendalikan masa depannya dan tanpa adanya kelompok teror yang mampu mengancam Israel," tegas Miller.
Mengusir warga sipil saat terjadi konflik atau menciptakan kondisi tidak layak huni yang memaksa warga sipil meninggalkan wilayah tertentu merupakan kejahatan perang. Mayoritas dari 2,4 juta penduduk Gaza terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat perang yang berkecamuk antara Israel dan Hamas selama hampir tiga bulan terakhir.
Perang itu dipicu oleh serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu, yang menewaskan sekitar 1.140 orang. Sementara laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 22.185 orang tewas akibat rentetan serangan Israel.
Ben-Gvir Balik Kecam Pejabat AS yang Kritik Seruannya
Menanggapi kecaman yang disampaikan pejabat AS terhadap seruannya, Ben-Gvir melontarkan kecaman balik. Dia bersikeras menyatakan gagasannya sebagai solusi terbaik untuk Israel.
"Amerika Serikat adalah teman terbaik kami, tapi pertama-tama kami akan melakukan yang terbaik untuk Negara Israel: migrasi ratusan ribu orang dari Gaza akan memungkinkan penduduk (Israel) untuk kembali ke rumah dan hidup dalam keamanan, dan akan melindungi tentara IDF (Angkatan Bersenjata Israel)," tegasnya.