Keheningan yang tidak biasa terjadi di jalan-jalan Zababdeh, sebuah desa Palestina yang merupakan rumah bagi salah satu komunitas Kristen terbesar di Tepi Barat, Palestina, yang diduduki. Komunitas Kristen di Tepi Barat tidak merayakan Natal saat perang berkecamuk di Gaza.
Dilansir AFP, Senin (25/12/2023), pada Hari Natal lainnya, biasanya umat Kristen Palestina akan berbondong-bondong dari kota-kota sekitarnya untuk menikmati peri lampu dan pasar yang meriah di desa berpenduduk sekitar 5.000 orang.
Tahun ini para anggotanya berdoa untuk perdamaian dan berduka atas kematian, selain itu umat Kristiani juga khawatir akan kekerasan yang terjadi di wilayah mereka sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada awal Hari Natal, jurnalis AFP mendengar suara tembakan dan sirene di dekat Jenin, kota yang hampir setiap hari menjadi lokasi serangan pasukan Israel.
"Bagaimana kita bisa merayakannya?" kata Nazeria Yousef Deabis, 76, yang telah tinggal di Zababdeh sepanjang hidupnya dan tidak pernah merasakan suasana begitu suram.
Deabis mengatakan tidak ada pohon Natal di rumahnya. Dia mengatakan masyarakat tidak merasa meriah merayakan Natal.
"Masyarakat tidak merasa meriah -mereka kehilangan teman dan kerabat di Gaza," katanya. "Pendudukan (Israel) menghancurkan Jenin dan anak-anak dibunuh secara brutal," katanya.
Pejabat Kesehatan Palestina mengatakan pasukan dan pemukim Israel telah membunuh lebih dari 300 orang di Tepi Barat sejak dimulainya perang. Israel telah menduduki Tepi Barat sejak perang Enam Hari tahun 1967.
Lihat juga Video 'Banyak Wilayah di Gaza Tengah dan Utara Tak Tersentuh Bantuan':