Salah satu rumah sakit yang masih tersisa di Jalur Gaza utara, berhenti beroperasi pada hari Selasa (19/12) waktu setempat setelah diserang pasukan Israel.
Direktur RS Al-Ahli, Fadel Naim mengatakan kepada AFP bahwa pasukan Israel telah menyerang rumah sakit tersebut dan menangkap para dokter, staf medis, dan pasien, serta menghancurkan sebagian halaman gedung rumah sakit tersebut.
Serangan Israel itu telah "membuat rumah sakit tidak dapat berfungsi lagi", katanya. "Kami tidak dapat menerima pasien ataupun yang luka-luka," imbuhnya, seperti dilansir Al Arabiya dan AFP, Rabu (20/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Naim mengatakan bahwa setidaknya empat orang yang terluka akibat tembakan Israel pada hari Senin lalu, telah meninggal pada hari Selasa setelah terluka dalam serangan Al-Ahli.
Informasi kami, ada puluhan korban luka di jalan-jalan sekitarnya, katanya.
Seorang petugas medis yang kemudian dibebaskan menceritakan kepada AFP tentang apa yang dialami para tahanan di tangan tentara Israel.
"Mereka menutup mata kami dan mengikat kami.... Kami diikat selama lebih dari sembilan jam dalam cuaca dingin," kata petugas medis Mohammad Araj kepada AFP setelah dibebaskan.
"Mereka menyiksa siapa pun yang mereka inginkan. Kami kerap mendengar jeritan saat mata kami ditutup. Kami tidak tahu apa yang mungkin terjadi pada kami, apakah kami akan dibunuh atau dibiarkan hidup," ujarnya.
Ketika dihubungi, pihak militer Israel tidak memberikan komentar atas tuduhan tersebut.
Rumah sakit, yang dilindungi hukum kemanusiaan internasional, telah berulang kali terkena serangan Israel di Jalur Gaza sejak dimulainya perang antara Israel dan Hamas pada 7 Oktober.
Simak Video 'Relawan Psikolog Bantu Atasi Trauma Anak-anak Gaza':
Militer Israel menuduh Hamas memiliki terowongan di bawah rumah sakit dan menggunakan fasilitas medis sebagai pusat komando untuk merencanakan dan melakukan serangan terhadap Israel. Tuduhan ini dibanttah oleh kelompok perlawanan Palestina tersebut.
Al-Ahli, juga dikenal sebagai rumah sakit Baptist atau Ahli Arab, sebelumnya telah rusak parah akibat ledakan di tempat parkir mobilnya pada tanggal 17 Oktober, yang mengakibatkan sedikitnya puluhan korban jiwa.
Kelompok Hamas dan Jihad Islam menuduh Israel bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Israel membantahnya dan menyalahkan roket Jihad Islam yang disebutnya telah salah sasaran.
Pasukan Israel sebelumnya juga telah menyerbu fasilitas medis lainnya di Gaza, termasuk Al-Shifa, rumah sakit terbesar di wilayah tersebut, yang kini berfungsi dengan kapasitas minimal dengan tim yang sangat kecil.
Bulan lalu, rumah sakit Al-Shifa menjadi fokus operasi militer Israel yang diperluas sebagai bagian dari perang melawan Hamas.