Iran melontarkan peringatan terbaru setelah Amerika Serikat (AS) memveto resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyerukan gencatan senjata dalam perang di Jalur Gaza. Teheran mengancam 'ledakan tak terkendali' dalam situasi di Timur Tengah akan terjadi.
Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Sabtu (9/12/2023), AS menggunakan hak veto terhadap resolusi terbaru Dewan Keamanan PBB yang diajukan oleh Uni Emirat Arab, yang menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza. Hal ini menggagalkan disepakati dan diadopsinya resolusi tersebut oleh Dewan Keamanan PBB.
Dalam penjelasannya, Washington menyebut resolusi itu hanya menyerukan gencatan senjata tanpa syarat dan tidak berkelanjutan yang akan memampukan Hamas untuk mengulangi serangan mematikan terhadap Israel pada 7 Oktober lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah AS memveto resolusi tersebut menuai hujan kritikan, termasuk dari Iran yang mendukung Hamas dalam perang di Jalur Gaza.
"Selama Amerika mendukung kejahatan rezim Zionis dan berlanjutnya perang... ada kemungkinan terjadinya ledakan yang tidak terkendali dalam situasi di kawasan ini," cetus Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian saat berbicara kepada Sekjen PBB Antonio Guterres via telepon, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Iran.
Dalam percakapan telepon itu, Amir-Abdollahian memuji keputusan Guterres menggunakan pasal 99 Piagam PBB untuk secara resmi memperingatkan negara-negara anggota Dewan Keamanan -- tergolong langkah yang langka -- sebagai "langkah berani untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional".
Diketahui bahwa pasal tersebut memungkinkan Sekjen PBB untuk "memperingatkan Dewan Keamanan mengenai masalah apa pun, yang menurut pendapatnya, bisa mengancam terpeliharanya perdamaian dan keamanan internasional". Pasal itu sudah beberapa dekade tidak pernah digunakan.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Simak juga Video: AS Gunakan Veto Resolusi PBB Tolak Genjatan Senjata di Gaza
Pertempuran berlanjut antara Israel dan Hamas sejak gencatan senjata di Jalur Gaza berakhir pada 1 Desember lalu, usai berlangsung selama satu pekan. Saat itu, Tel Aviv menuduh Hamas melanggar ketentuan gencatan senjata dengan adanya serangan dari Jalur Gaza ke wilayah Israel.
"Klaim rezim Israel bahwa Hamas melanggar gencatan senjata sepenuhnya salah," ucap Amir-Abdollahian kepada Guterres dalam percakapan telepon tersebut.
Lebih lanjut, dia menyebut dukungan yang diberikan AS terhadap Israel telah "mempersulit terwujudnya gencatan senjata yang bertahan lama".
Dalam percakapan telepon itu, Amir-Abdollahian juga menyerukan agar perbatasan Rafah yang menghubungkan Jalur Gaza dengan Mesir segera dibuka agar bantuan kemanusiaan bisa disalurkan ke daerah kantong Palestina tersebut.