Pujian dilontarkan oleh Israel terhadap Amerika Serikat (AS), sekutunya, yang memveto resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) soal gencatan senjata segera di Jalur Gaza. Tel Aviv memuji Washington memiliki 'kepemimpinan yang berani' dengan menggunakan hak vetonya.
Seperti dilansir Al Jazeera, Sabtu (9/12/2023), Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant menyampaikan terima kasih kepada AS karena menggunakan hak veto terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza.
Resolusi itu gagal diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB karena veto yang digunakan oleh AS sebagai negara anggota tetap, meskipun 13 negara anggota lainnya memberikan dukungannya dan hanya Inggris yang menyatakan abstain. Kritikan menghujani AS atas langkahnya memveto resolusi Dewan Keamanan PBB itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Israel, sekutunya, merasa berterima kasih kepada AS atas keputusannya tersebut.
"Gencatan senjata sama saja memberikan hadiah kepada Hamas, mengabaikan para sandera yang ditahan di Gaza, dan memberikan isyarat kepada kelompok teror di mana-mana," sebut Gallant dalam pernyataan via media sosial X.
Gallant, dalam pernyataannya, memuji Washington memiliki 'kepemimpinan yang berani'.
Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, secara terpisah berterima kasih kepada pemerintahan Presiden AS Joe Biden karena 'berdiri teguh' di pihak Israel.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Simak juga Video: AS Gunakan Veto Resolusi PBB Tolak Genjatan Senjata di Gaza
Dalam pernyataannya, Erdan menyebut resolusi itu 'menyimpang' dan menegaskan bahwa gencatan senjata baru bisa dilakukan jika Hamas telah dihancurkan.
"Gencatan senjata hanya akan mungkin terjadi jika semua sandera telah dipulangkan dan Hamas dihancurkan," tegasnya.
Sebelumnya, kritikan untuk AS diberikan oleh Uni Emirat Arab yang mengajukan resolusi yang diveto oleh Washington tersebut. Secara terang-terangan, Uni Emirat Arab menyatakan kekecewaan atas langkah AS yang melindungi Israel, sekutunya, dengan menggunakan hak veto.
"Uni Emirat Arab sangat kecewa," tegas perwakilan Uni Emirat Arab untuk PBB.
"Sangat disesalkan... dewan ini tidak mampu menuntut gencatan senjata kemanusiaan," sebutnya.
Utusan tetap negara pengamat Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, dalam pernyataannya menyebut hasil voting resolusi Dewan Keamanan PBB itu 'sangat disesalkan' dan merupakan 'bencana' karena Dewan Keamanan PBB dicegah untuk melaksanakan tanggung jawabnya melalui resolusi.
"Jutaan nyawa warga Palestina berada dalam bahaya. Setiap nyawa adalah suci, layak untuk diselamatkan," ucapnya kepada forum Dewan Keamanan PBB.
"Para penjahat perang diberi lebih banyak waktu untuk melakukan kejahatan mereka," kritik Mansour merujuk pada Israel.
"Bagaimana hal ini bisa dibenarkan? Bagaimana seseorang bisa membenarkan pembantaian seluruh rakyat," tanyanya.