Tangis haru menyelimuti suasana pertemuan para orang tua di Gaza, Palestina, ketika akhirnya bisa melihat kembali bayi prematurnya. Mereka khawatir bayi-bayinya itu sudah meninggal setelah terpisah berbulan-bulan karena perang.
Diketahui bayi-bayi prematur telah dievakuasi dari RS Al-Shifa di Gaza ke Mesir pada Minggu (19/11) waktu setempat setelah serangan Israel menghancurkan RS tersebut. WHO sempat menggambarkan RS Al Shifa sebagai zona kematian.
Kini orang tua bayi tersebut dipertemukan kembali dengan bayinya. Orang tua bayi prematur di Gaza terharu dapat bertemu dengan anaknya.
"Saya menangis karena senang dan bahagia. Saya tak percaya mereka masih hidup," ujar Nour al-Banna kepada BBC, Senin (27/11/2023).
Warga Palestina berusia 31 tahun itu berlinang air mata ketika melihat dua bayi perempuannya yang lahir prematur untuk pertama kali, setelah terpisah berbulan-bulan. Nour tak pernah menyangka reuni ini akan terjadi.
"Saya tak mengetahui apa-apa tentang mereka sejak Gaza digempur. Saya sudah kehilangan harapan mereka masih hidup. Ini keajaiban."
Jauh sebelum perang berkecamuk, Nour mengandung anak kembar tiga.
Karena komplikasi, dia harus menjalani operasi caesar darurat di Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza utara pada 19 September lalu, saat usia kandungannya baru tujuh bulan.
Ia akhirnya melahirkan seorang anak laki-laki dan dua perempuan. Nour lantas pulang ke rumahnya.
Namun, empat hari kemudian, anak laki-laki yang ia lahirkan meninggal dunia.
"Dua anak perempuan saya, Leen dan Layan, memakai ventilator di unit neo-natal di Al-Shifa. Saya sangat depresi setelah kehilangan anak laki-laki saya, dan saya tak bisa menengok anak-anak perempuan saya," ucap Nour melalui telepon.
"Kemudian perang dimulai, dan pasukan Israel memasuki Al-Shifa dan muncul berita bayi-bayi prematur meninggal dunia."
Lantaran kekacauan perang dan masalah koneksi telekomunikasi di Gaza, Nour tak tahu nasib kedua anak perempuannya.
Pada 19 November, 31 bayi prematur dievakuasi dari Rumah Sakit Al-Shifa ke Rumah Sakit Al Hilal Emirates di Rafah, Gaza.
Mereka terpaksa dikeluarkan dari inkubator karena kekurangan pasokan listrik dan bahan bakar di rumah sakit.
Sehari kemudian, 28 bayi, termasuk Leen dan Layan, dipindahkan ke Mesir untuk perawatan. Beberapa di antara mereka diurus perawat, sementara yang lainnya dibawa bersama ibunya.
Nour merupakan salah satu dari lima ibu yang bertolak ke Mesir untuk mengantar bayi prematurnya menjalani perawatan.
Ia mengatakan bahwa sejumlah bayi dibawa ke rumah sakit Al Arish. Namun, ia dan ibu lainnya dibawa ke rumah sakit New Capital di Kairo.
Selengkapnya halaman selanjutnya.
(yld/fas)