Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Inggris Suella Braverman dicopot dari jabatannya. Hal ini disampaikan oleh Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak. Pencopotan Braverman ini usai kontroversialnya yang menuduh polisi Inggris lebih mendukung demonstran pro-Palestina.
Pengumuman Mendagri Inggris dicopot pada Senin (13/11/2023) waktu setempat. Dilansir AFP, Sunak mendapatkan tekanan besar untuk mencopot Braverman, setelah dianggap meningkatkan ketegangan selama berminggu-minggu saat aksi pro-Palestina dan aksi tandingannya digelar di Inggris.
Profil Suella Braverman
Suella Braverman merupakan seorang tokoh sayap kanan Inggris. Dilansir laman resmi Pemerintah Inggris (gov.uk), Suella Braverman menjabat sebagai Sekretaris Negara untuk Departemen Dalam Negeri sejak 25 Oktober 2022 hingga 13 November 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia sebelumnya memegang peran yang sama pada periode 6 September 2022 hingga 19 Oktober 2022. Suella Braverman juga merupakan Jaksa Agung yang pernah menjabat pada periode 13 Februari 2020 sampai 6 September 2022.
Braverman juga pernah menjabat sebagai Wakil Sekretaris Negara Parlementer di Departemen untuk Keluar dari Uni Eropa dari Januari hingga November 2018. Suella Braverman terpilih sebagai anggota parlemen Konservatif untuk Fareham pada bulan Mei 2015.
Suella menempuh pendidikan di Heathfield School di London dan melanjutkan studi Hukum di Queens' College, Cambridge. Dia memperoleh gelar Master Hukum dari Universitas Paris 1, Pantheon-Sorbonne dan memenuhi syarat sebagai Pengacara di New York.
Pada tahun 2005, Suella mengkhususkan diri dalam hukum publik dan tinjauan yudisial. Dari tahun 2010-2015, dia menjadi anggota Panel Penasihat Keuangan Jaksa Agung. Dia telah membela Kementerian Dalam Negeri dalam kasus-kasus imigrasi, Dewan Pembebasan Bersyarat dalam gugatan oleh para narapidana dan Kementerian Pertahanan dalam hal-hal yang berkaitan dengan cedera yang diderita dalam pertempuran.
Kontroversi Suella Braverman
Dilansir Associated Press, Suella Braverman memicu kontroversi pekan lalu, ketika dia melontarkan serangan yang sangat tidak biasa terhadap Kepolisian Inggris. Pada saat itu, Braverman menuduh Kepolisian London mengabaikan pelanggaran hukum yang dilakukan 'gerombolan pro-Palestina'.
Braverman juga menggambarkan para demonstran yang menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza sebagai 'demonstran kebencian'. Komentar Suella Braverman berkaitan dengan bentrokan antara pengunjuk rasa sayap kanan dan personel Kepolisian Inggris tersebut dinilai hanya semakin mengobarkan ketegangan.
Situasi semakin panas ketika Braverman, pekan lalu, menulis sebuah artikel untuk The Times of London yang menyebut polisi 'bersikap favorit ketika menghadapi para demonstran' dan bertindak lebih lunak terhadap demonstran pro-Palestina serta pendukung Black Lives Matter, dibandingkan terhadap pengunjuk rasa sayap kanan atau hooligan sepak bola.
Sosok Suella Braverman sendiri sebelumnya juga diketahui pernah memicu beberapa kontroversi. Terutama terkait sikap garis keras terhadap imigrasi dan sering terlibat dalam apa yang disebut sebagai isu perang budaya yang memecah belah publik.
Sebelumnya, Braverman pernah menyerang para pengkritik dirinya dengan menyebut mereka sebagai 'wokerati pemakan tahu' dan pernah mengatakan bahwa mengirimkan pencari suaka ke Rwanda menjadi 'impian' dan 'obsesinya'.
(wia/imk)