Cerita Relawan RS Indonesia Pasrah Cuma Berjarak 200 Meter dari Bom Israel

Cerita Relawan RS Indonesia Pasrah Cuma Berjarak 200 Meter dari Bom Israel

Haris Fadhil - detikNews
Minggu, 12 Nov 2023 13:39 WIB
RS Indonesia di Gaza lumpuh, pasokan bahan bakar untuk listrik habis dan obat-obatan ludes
RS Indonesia di Gaza (Foto: BBC World)
Gaza -

Seorang relawan medis Indonesia, Fikri Rofiul Haq, menceritakan betapa parahnya kondisi di Jalur Gaza, Palestina, sejak Israel memulai serangan sebulan lalu. Fikri menegaskan tak akan meninggalkan tugas sebagai relawan di Gaza dan pasrah pada nasib saat pasukan Israel kian mendekat.

Dilansir Al Jazeera, Minggu (12/11/2023), Gaza saat ini sedang memasuki musim dingin dan biasanya menjadi waktu panen stroberi. Namun, ladang stroberi di Beit Lahia, yang menjadi lokasi RS Indonesia, saat ini sudah hancur dan berubah menjadi medan perang.

"Pasukan Israel telah mengebom ladang di Jalur Gaza dan banyak tanaman mati", kata Haq kepada Al Jazeera.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun ini tidak akan ada hasil bumi seperti stroberi padahal saat ini sedang musim dingin," sambung relawan dari Indonesia Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) ini.

Di tengah kengerian perang Israel di Gaza, kehancuran panen stroberi di Palestina mungkin tampak sepele. Namun bagi Haq - salah satu dari tiga relawan MER-C Indonesia yang masih bertugas di Rumah Sakit Indonesia - kenangan akan stroberi di Gaza membantunya mengatasi kengerian tersebut.

ADVERTISEMENT

"Pada awal perang, kami masih bisa mendapatkan beberapa barang dari sekitar rumah sakit, seperti sayur mayur dan mie instan, namun sekarang tidak mungkin mendapatkan produk segar seperti bawang, tomat, dan mentimun," ujarnya, berbicara kepada Al Jazeera melalui pesan suara WhatsApp.

Dia mengatakan staf di RS Indonesia cuma mendapat makanan satu kali sehari. Itupun, katanya, dibantu oleh RS Al-Shifa yang kini kondisinya juga sekarat.

"Di Rumah Sakit Indonesia saat ini, staf hanya mendapat makan sekali sehari saat makan siang, yang disediakan oleh Rumah Sakit Al-Shifa [yang berdekatan]. Untuk sarapan dan makan malam, staf makan biskuit atau kurma," ujarnya.

Kondisi di rumah sakit Indonesia dan Al-Shifa, serta rumah sakit lain di Gaza, semakin memburuk sejak terakhir kali Al Jazeera berbicara dengan Haq pada hari Jumat (10/11).

Sebelum perang, persediaan makanan untuk Rumah Sakit Indonesia biasanya bersumber dari daerah sekitar, kata Haq. Pada awal blokade total dan serangan Israel terhadap Gaza, relawan MER-C akan keluar mencari perbekalan di ambulans, yang disediakan oleh rumah sakit, yang dianggap lebih aman dibandingkan kendaraan sipil.

Sekarang pertempuran telah terjadi begitu dekat dengan rumah sakit sehingga terlalu berbahaya untuk keluar rumah. Haq mengatakan dia merasa sangat terguncang akhir-akhir ini, setelah melakukan perjalanan sekitar dua minggu lalu untuk mendapatkan pasokan medis bagi rumah sakit dari rumah-rumah warga sipil di sekitar distrik Al-Jalaa, di mana dia mengira dia mungkin akan meninggal.

Dia mengatakan dirinya dan relawan lain dari Indonesia hanya berjarak sekitar 20 menit dari rumah sakit ketika bom mulai berjatuhan sekitar 200 meter jauhnya.

"Saya merasa paling takut dan pasrah dengan nasib saya saat itu, karena kami berada di gedung milik penduduk setempat dan, seperti yang kami tahu, militer Israel menghancurkan rumah-rumah warga sipil," ujarnya.

"Tidak ada jaminan keselamatan kami. Hal ini membuat saya merasakan ketakutan yang luar biasa, namun berkat kasih karunia Tuhan, kami terlindungi," sambungnya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Simak Video: Penyakit yang Mengintai Warga Palestina Imbas Serangan Israel

[Gambas:Video 20detik]



Sebagai hasil dari perjalanan tersebut, Haq menemukan beberapa perlengkapan medis untuk rumah sakit dan membagikan paket makanan kepada staf medis. Namun, sejak serangan peluru dan rudal Israel yang hampir mengenai sasaran tersebut, dia dan para relawan lainnya tetap tinggal di halaman rumah sakit dan tidur di ruang dokter.

"Trauma yang kami alami sangat besar, tetapi jika kami tetap berada di rumah sakit, saya merasa aman karena militer Israel belum menyerang rumah sakit secara langsung," ujarnya.

"Area di sekitar rumah sakit terus-menerus dibombardir dan ketika itu terjadi, saya merasakan ketakutan yang sangat manusiawi," tambahnya.

Dalam sepekan terakhir, kawasan di sekitar RS Indonesia dan rumah sakit lain di Jalur Gaza menjadi sasaran bombardir Israel. Tank-tank Israel juga terus mendekat, mengepung fasilitas medis tempat puluhan ribu pengungsi Palestina mencari perlindungan ketika pemboman Israel meratakan seluruh lingkungan di Gaza. Lebih dari 11.000 orang telah terbunuh di wilayah tersebut.

"Biasanya kalau ada pengeboman, gedung RS bergoyang, tapi pada 9 November, RS terasa seperti terangkat dari fondasinya. Itu hanya membuat kami ketakutan," ucapnya.

Haq mengatakan ketika pemboman dimulai, dia dan staf lainnya berlindung di ruang bawah tanah rumah sakit. Jadwal kerja harian mereka berfluktuasi sesuai dengan kebutuhan signifikan staf dan pasien.

"Beberapa hari saya bekerja dari jam 11 pagi sampai jam 4 sore keesokan harinya dan hanya tidur beberapa jam semampu saya. Suatu hari, saya tidur dari jam 7 pagi sampai jam 8 pagi dan kemudian mulai lagi," katanya.

Staf MER-C secara teknis adalah relawan kemanusiaan medis. Kini, salah satu peran utama mereka adalah mendokumentasikan orang sakit dan terluka yang datang ke rumah sakit dan memantau serangan di sekitar fasilitas tersebut. Haq dan rekan-rekannya juga membantu perawatan medis, terutama ketika situasi terus memburuk dan dokter di rumah sakit dibanjiri pasien dari daerah sekitar.

Meskipun Indonesia telah berupaya mengevakuasi beberapa warga negaranya di Gaza, Haq mengatakan bahwa dia tidak akan menjadi salah satu dari yang dievakuasi.

"Insya Allah saya dan dua relawan MER-C lainnya memutuskan untuk tetap tinggal di Jalur Gaza. Kami sangat mengapresiasi Kementerian Luar Negeri RI yang membantu mengevakuasi WNI dari Gaza, tapi itu keputusan kami," ujarnya tentang memilih tetap di Gaza.

"Kami berharap dapat terus membantu warga Gaza untuk mendapatkan bahan bakar, makanan, dan obat-obatan, serta merawat mereka di Rumah Sakit Indonesia. Itu adalah motivasi kami untuk terus maju," sambungnya.

Aljazeera tidak dapat menghubungi Haq sejak tengah malam pada hari Jumat (10/11).

Halaman 2 dari 2
(haf/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads