Kelompok Hamas dan Israel dilaporkan sedang melakukan negosiasi seputar upaya pembebasan para sandera yang kini ditahan di Jalur Gaza. Otoritas Tel Aviv sebelumnya menyebut ada lebih dari 240 orang yang disandera Hamas dan dibawa ke Jalur Gaza usai serangan mematikan pada 7 Oktober lalu.
Seperti dilansir Al Jazeera, Sabtu (11/11/2023), informasi soal negosiasi antara Hamas dan Israel ini disampaikan oleh media terkemuka New York Times (NYT), yang mengutip sejumlah pejabat Israel yang enggan disebut namanya dan beberapa sumber lainnya yang memahami negosiasi tersebut.
Laporan NYT menyebutkan bahwa Hamas dan Israel sedang menegosiasikan dua proposal untuk pembebasan sandera di Jalur Gaza, dengan salah satu proposal mencakup pembebasan sejumlah kecil warga sipil dan satu proposal lainnya melibatkan kemungkinan pembebasan sekitar 100 orang yang ditahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berdasarkan satu proposal yang sedang dibahas, Hamas akan membebaskan 10-20 sandera sipil -- wanita dan anak-anak Israel serta warga negara asing, termasuk warga negara Amerika -- sebagai pertukaran atas jeda singkat pertempuran," sebut NYT dalam laporannya.
"Hal itu bisa diikuti dengan pembebasan lebih besar, yakni sekitar 100 warga sipil, jika persyaratannya dipenuhi," imbuh laporan NYT tersebut.
Sebagai imbalan atas pembebasan sandera, menurut seorang pejabat Israel kepada NYT, Hamas disebut meminta penghentian sementara pertempuran, kemudian lebih banyak bantuan kemanusiaan, bahan bakar untuk rumah sakit, dan pembebasan tahanan wanita dan anak-anak di penjara Israel.
Ditambahkan pejabat itu bahwa otoritas Israel telah menyampaikan ketidakyakinan dalam pembebasan para tahanan.
NYT dalam laporannya juga menyebut bahwa Qatar menjadi mediator utama dalam negosiasi yang sedang berlangsung antara Hamas dan Israel tersebut. Sejumlah pejabat senior AS juga disebut ikut terlibat dalam negosiasi itu.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.