Kepala Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (AS) atau CIA dan kepala badan intelijen Israel atau Mossad melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Qatar di Doha, ibu kota Qatar. Pertemuan ini digelar saat perang masih berkecamuk antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.
Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Jumat (10/11/2023), seorang sumber yang mendapatkan informasi soal pertemuan itu menuturkan kepada Reuters bahwa pertemuan antara Kepala CIA William Burns dan Kepala Mossad David Barnea dengan PM Qatar Sheikh Mohammed bin Aldulrahman al-Thani itu berlangsung pada Kamis (9/11) waktu setempat.
Disebutkan oleh sumber itu, bahwa ketiganya membahas soal parameter kesepakatan untuk pembebasan sandera-sandera Hamas dan soal jeda pertempuran Israel-Hamas di Jalur Gaza.
Hasil pembicaraan itu tidak diketahui secara jelas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Qatar yang menjadi lokasi markas sejumlah pemimpin politik Hamas, telah memimpin upaya memediasi Hamas dan para pejabat Israel terkait pembebasan orang-orang yang disandera Hamas di Jalur Gaza.
Otoritas Israel menyebut lebih dari 240 orang, terdiri atas warga sipil dan tentara Israel juga warga negara asing, disandera oleh Hamas saat serangan mengejutkan pada 7 Oktober lalu dan dibawa ke Jalur Gaza. Para pejabat Tel Aviv melaporkan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan itu.
Untuk merespons serangan itu, Israel melancarkan pengeboman udara tanpa henti terhadap Jalur Gaza dan mengerahkan operasi darat untuk menumpas Hamas selama sebulan terakhir. Laporan otoritas kesehatan Gaza menyebut lebih dari 10.000 orang tewas, sekitar 40 persennya anak-anak, akibat serangan Israel.
Simak juga Video 'PM Palestina: Israel Bukan Perangi Hamas, Tapi Rakyat Palestina':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Pertemuan antara Burns, Barnea dan Al-Thani digelar setelah mediator Qatar bertemu para pejabat kantor politik Hamas pada Rabu (8/11) malam dan membahas parameter potensial untuk sebuah kesepakatan.
Keuntungan dari pertemuan trilateral tersebut, menurut sumber yang dikutip Reuters, adalah mempertemukan ketiga pihak dalam satu meja secara real-time demi mempercepat prosesnya.
Pembicaraan itu juga mencakup diskusi soal izin impor bahan bakar untuk kebutuhan kemanusiaan ke Jalur Gaza, yang sejauh ini ditolak oleh Israel karena takut dialihkan kepada Hamas untuk tujuan pertempuran.
Seorang sumber lainnya menuturkan kepada Reuters pada Rabu (8/11) waktu setempat bahwa pembicaraan itu membahas pembebasan sekitar 10-15 sandera dengan imbalan jeda kemanusiaan selama 1-2 hari dalam perang yang memicu kehancuran di Jalur Gaza.