Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan bahwa jumlah warga sipil yang tewas di Jalur Gaza, menunjukkan ada sesuatu yang "jelas salah" dalam operasi militer Israel terhadap Hamas.
"Ada pelanggaran yang dilakukan Hamas ketika mereka memiliki perisai manusia. Namun, ketika kita melihat jumlah warga sipil yang terbunuh dalam operasi militer tersebut, ada sesuatu yang jelas salah," kata Sekjen PBB tersebut pada konferensi Reuters NEXT, sebagaimana dilansir Reuters dan Channel News Asia, Kamis (9/11/2023).
Israel telah berjanji untuk memusnahkan Hamas, setelah kelompok yang menguasai Jalur Gaza itu membunuh 1.400 orang dan menyandera lebih dari 240 orang dalam serangan 7 Oktober. Israel hingga kini terus menyerang Gaza dari udara, melakukan pengepungan dan melancarkan invasi darat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pejabat Palestina mengatakan 10.569 orang telah terbunuh di Gaza akibat serangan Israel, 40 persen di antaranya adalah anak-anak.
Meski mengutuk keras serangan Hamas terhadap Israel, Guterres mengatakan bahwa "kita perlu membedakannya - Hamas adalah satu hal, rakyat Palestina adalah hal lain".
"Jika kita tidak membuat perbedaan, saya pikir kemanusiaan itu sendiri yang akan kehilangan maknanya," ujar pemimpin badan dunia itu.
Guterres membandingkan jumlah anak-anak yang tewas di Gaza dengan jumlah korban konflik di seluruh dunia yang ia laporkan setiap tahun kepada Dewan Keamanan PBB. Pada hari Senin lalu, dia mengatakan Gaza menjadi "kuburan bagi anak-anak".
Lihat Video 'Mencekam Serangan Rudal Israel Sasar RS Al Shifa Gaza':
"Setiap tahun, jumlah tertinggi pembunuhan anak-anak yang dilakukan oleh pelaku manapun dalam seluruh konflik yang kita saksikan mencapai ratusan," kata Guterres.
"Dalam beberapa hari ini kita melihat ribuan anak-anak tewas di Gaza, yang berarti ada sesuatu yang salah dalam cara operasi militer yang dilakukan," tambahnya.
Guterres juga mengatakan bahwa PBB telah berupaya meningkatkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Dia mengatakan, dalam 18 hari terakhir hanya 630 truk yang bisa masuk melalui perbatasan Rafah dari Mesir. PBB juga ingin dapat menggunakan perlintasan perbatasan Kerem Shalom, yang dikendalikan oleh Israel.
"Kami sedang melakukan negosiasi intensif dengan Israel, AS, dan Mesir, untuk memastikan bahwa kami memiliki bantuan kemanusiaan yang efektif ke Gaza," kata Guterres. "Sampai sekarang, hal itu masih terlalu sedikit, terlambat," imbuhnya.