Militer Israel memulai fase baru dalam perang melawan Hamas di Jalur Gaza, dengan menargetkan labirin terowongan bawah tanah dan struktur komando milik kelompok milisi tersebut di wilayah Jalur Gaza bagian utara. Fase terbaru ini diperkirakan akan memakan waktu berbulan-bulan untuk dituntaskan.
Seperti dilansir Reuters dan Channel News Asia, Rabu (8/11/2023), pasukan militer Israel menggempur Jalur Gaza dari udara dan mengerahkan pasukan darat untuk membagi daerah kantong Palestina itu menjadi dua bagian.
Serangan Israel terhadap Jalur Gaza yang terus berlanjut merupakan respons atas serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober lalu, yang menurut para pejabat Tel Aviv menewaskan sedikitnya 1.400 orang dan membuat lebih dari 240 orang lainnya disandera.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam beberapa hari terakhir, pasukan darat Israel mengepung Gaza City -- kota terbesar di Jalur Gaza -- dan bertempur melawan anggota Hamas.
Jumlah korban tewas akibat serangan Israel selama sebulan terakhir, menurut otoritas kesehatan Gaza, mencapai lebih dari 10.300 orang, yang sebagian besar warga sipil dan nyaris separuhnya anak-anak.
Israel saat ini berada di bawah tekanan diplomatik yang semakin besar untuk melakukan gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza. Namun Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menegaskan tidak akan ada gencatan senjata hingga semua sandera dibebaskan oleh Hamas.
Menteri Pertahanan (Menhan) Yoav Gallant, pada Senin (6/11), menyetujui rencana operasional lebih lanjut untuk aksi militer di Gaza City dan bagian utara Jalur Gaza. Angkatan Bersenjata Israel (IDF) menolak untuk mengomentari lebih detail soal aksi militer lanjutan tersebut.
Namun lima sumber keamanan Israel menuturkan kepada Reuters, bahwa aksi mencari dan melumpuhkan jaringan terowongan bawah tanah yang luas yang ada di wilayah utara Jalur Gaza akan menjadi bagian mendasar dalam fase serangan berikutnya, yang akan memakan waktu cukup lama.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Simak juga Video: Momen Houthi Luncurkan Serangan Drone ke Israel
Ketika tank-tank Israel bergerak menuju ke jantung Gaza City, menurut dua sumber Hamas dan Jihad Islam, pasukan Israel menghadapi perlawanan sengit dari para petempur Hamas yang menggunakan jaringan terowongan bawah tanah untuk melancarkan penyergapan.
Menurut sumber-sumber Palestina, seorang petempur muncul dari salah satu terowongan, menembakkan granat berpeluncur roket dan kemudian menghilang kembali ke dalam terowongan, hanya untuk muncul di pintu masuk terowongan lainnya dan melancarkan serangan lainnya.
Kepala juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan pada Selasa (7/11) waktu setempat, bahwa korps teknik tempur Israel menggunakan alat peledak untuk menghancurkan terowongan dan operasi militer telah menghancurkan lebih dari 100 terowongan sejauh ini.
Mantan pejabat intelijen Israel, Avi Melamed, yang juga menjadi perunding saat intifada pertama dan kedua pada akhir tahun 1980-an dan awal tahun 2000-an, menyebut IDF sedang menyusun rencana terstruktur untuk menemukan terowongan, menghancurkan lokasi peluncuran roket, dan membunuh komandan serta petempur Hamas.
"Ini soal menghilangkan tulang punggung militer. Sangat masuk akal untuk mengatakan bahwa kami sedang mempertimbangkan sesuatu yang mungkin memakan waktu berbulan-bulan," sebutnya.
Israel Kerahkan Robot-Anjing Pelacak untuk Cari Terowongan Hamas
Sementara peneliti senior pada Institusi Kebijakan dan Strategi di Universitas Reichman Israel, Lior Akerman, yang juga mantan pejabat senior Shin Bet, menyebut pengeboman udara secara besar-besaran oleh Israel dimaksudkan untuk melumpuhkan sebanyak mungkin infrastruktur militer Hamas sebelum pasukan darat beralih ke pertempuran bawah tanah di jaringan terowongan.
Sejumlah sumber keamanan menyebut pasukan di lapangan juga berupaya mengumpulkan lebih banyak informasi intelijen di jaringan terowongan bawah tanah, tanpa harus memasukinya.
Sejumlah robot dan anjing pelacak dikerahkan Israel untuk mencari pintu masuk terowongan bawah tanah dan menyelidiki area di dalamnya, sebelum kemungkinan tindakan dilakukan oleh pasukan darat khusus yang mencakup komando unit elite Yahalom.
Militer Israel juga menggunakan buldoser untuk menghancurkan bagian pintu masuk terowongan bawah tanah tersebut.
Namun demikian, seorang mantan pejabat tinggi Shin Bet lainnya, Shalom Ben Hanan, menyebut operasi terhadap jaringan terowongan Hamas perlu dilakukan lebih lambat karena diyakini adanya sandera-sandera yang ditahan di sana.
Beberapa sumber keamanan menyatakan sejumlah informasi intelijen dikumpulkan dari warga sipil Jalur Gaza yang mengungsi ke zona selatan soal konsentrasi terowongan bawah tanah tersebut.
Hamas yang menguasai Jalur Gaza sejak tahun 2007, diketahui membangun kota yang dipenuhi terowongan bawah tanah yang membentang sepanjang ratusan kilometer, dengan kedalaman hingga 80 meter di beberapa bagian. Salah satu sandera yang dibebaskan setelah ditahan Hamas di jaringan terowongan itu menggambarkannya sebagai 'jaring laba-laba'.
Militer Israel menyebut banyak terowongan, pusat komando dan peluncur roket Hamas yang ditempatkan berdekatan dengan sekolah, rumah sakit dan lembaga kemanusiaan di Jalur Gaza, termasuk Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza City. Tuduhan Israel ini telah dibantah.