Ratusan warga Gaza dan warga asing yang terluka berbondong-bondong memasuki perbatasan dengan Mesir pada hari Rabu (1/11). Ini terjadi di saat perang dahsyat antara Hamas dan Israel telah berlangsung selama lebih dari tiga minggu.
Foto-foto AFP menunjukkan keluarga-keluarga membawa barang-barang mereka, dan beberapa orang yang terluka di kursi roda, serta ambulans memasuki gerbang yang dijaga ketat di perbatasan Rafah - satu-satunya perlintasan yang tidak dikendalikan oleh Israel.
"Kami kewalahan... Kasihanilah kami. Kami orang Mesir dan tidak bisa menyeberang ke negara kami," kata Umm Yussef, seorang warga negara Palestina-Mesir, kepada AFP di sisi Gaza.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biarkan kami masuk. Kami kelelahan. Kami tidak bisa tidur atau makan," imbuhnya, dikutip kantor berita AFP, Rabu (1/11/2023).
Pemerintah Mesir mengumumkan bahwa orang-orang yang terluka, orang asing, dan berkewarganegaraan ganda dapat meninggalkan Gaza, yang telah mengalami gempuran tanpa henti selama berminggu-minggu oleh Israel.
Kampanye pengeboman tersebut telah memakan korban jiwa lebih dari 8.500 orang, sebagian besar warga sipil dan termasuk lebih dari 3.500 anak-anak, menurut kementerian kesehatan yang dikendalikan Hamas.
Israel telah menggempur Gaza selama lebih dari tiga minggu sebagai pembalasan atas serangan terburuk dalam sejarah negara itu pada 7 Oktober lalu. Serangan Hamas tersebut menewaskan 1.400 orang, sebagian besar juga warga sipil, menurut para pejabat Israel.
Pembukaan perbatasan dengan Mesir memberikan secercah harapan pertama dalam krisis kemanusiaan yang berkobar di Gaza, yang oleh PBB dan lembaga bantuan lainnya digambarkan sebagai hal yang "belum pernah terjadi sebelumnya".
Simak Video 'Ketika Kuda Menjadi yang Paling Berharga di Gaza':