Maine -
Motif penembakan massal yang menewaskan 18 orang di Maine, Amerika Serikat (AS), masih misterius. Terlebih setelah pelaku ditemukan tewas dengan luka tembakan yang disebabkan dirinya sendiri, usai perburuan besar-besaran selama dua hari yang mengerahkan ratusan personel penegak hukum.
Seperti dilansir AFP dan The Independent, Sabtu (28/10/2023), komisioner keselamatan publik negara bagian Maine, Mike Sauschuck, mengonfirmasi bahwa Robert Card (40), yang diyakini sebagai pelaku penembakan massal di Lewiston pada Rabu (25/10) malam, telah tewas akibat luka tembak yang dilakukan sendiri.
Jenazah Card ditemukan di area Air Terjun Lisbon, sebelah tenggara Lewiston, dekat Sungai Androscoggin, pada Jumat (27/10) malam, sekitar pukul 19.45 waktu setempat. Laporan media lokal AS menyebut jenazah Card ditemukan di dekat pusat daur ulang yang menjadi tempat kerjanya sebelum dia dipecat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sauschuck, dalam pernyataannya, mengatakan tidak bisa memastikan kapan tepatnya Card menembak dirinya sendiri.
Card yang seorang anggota pasukan cadangan Angkatan Darat AS ini diyakini sebagai pelaku penembakan massal di sebuah tempat boling dan di sebuah bar di Lewiston pada Rabu (25/10) malam. Sedikitnya 18 orang tewas dan 13 orang lainnya mengalami luka-luka.
"Saya bernapas lega malam ini mengetahui bahwa Robert Card tidak lagi menjadi ancaman bagi siapapun," ucap Gubernur Maine, Janet Mills, dalam konferensi pers usai laporan Card ditemukan dalam keadaan tewas.
Kematian Card ini menyisakan tanda tanya soal motif sebenarnya di balik penembakan massal, yang tercatat sebagai penembakan massal paling mematikan di AS sepanjang tahun ini. Para korban tewas mencakup seorang remaja berusia 14 tahun hingga pasangan suami dan istri yang berusia 70-an tahun.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Apa Motif Sebenarnya di Balik Penembakan Massal Ini?Motif di balik penembakan massal ini masih menjadi misteri karena otoritas berwenang AS tidak memberikan petunjuk soal apa yang mungkin mendorong Card melakukan serangan brutal tersebut. Dugaan-dugaan motif juga belum diungkapkan oleh otoritas setempat.
Namun demikian, seperti dilansir The Independent, Sauschuck mengonfirmasi dalam konferensi pers pada Jumat (28/10) waktu setempat bahwa tersangka meninggalkan catatan misterius setelah dicurigai mendalangi penembakan massal di Lewiston.
Para pejabat setempat menolak untuk mengungkapkan isi catatan misterius itu, yang mengisyaratkan bahwa hal itu mungkin menunjukkan dugaan motif dalam penembakan massal ini.
Sejumlah sumber kepolisian setempat sebelumnya menuturkan kepada media terkemuka ABC News bahwa 'surat bunuh diri' yang ditujukan untuk putra Card ditemukan di dalam rumahnya saat penggeledahan. Menurut sumber-sumber itu, surat itu berisi omelan tersangka dan beberapa informasi pribadi seperti rincian rekening bank.
Selain surat tersebut, seorang pejabat penegak hukum setempat mengatakan kepada media terkemuka AS lainnya, CNN, bahwa ponsel Card juga telah ditemukan.
Anggota keluarga Card bersedia untuk bekerja sama dalam penyelidikan yang masih berlangsung. Pihak keluarga, menurut ABC News, bahkan menduga Card mungkin sedang mencari-cari mantan pacarnya di salah satu lokasi penembakan.
Tidak jelas siapa mantan pasangan Card yang dimaksud -- atau apakah ini memang menjadi salah satu motif penembakan massal itu -- namun catatan pengadilan menunjukkan Card diceraikan oleh mantan istrinya tahun 2007 lalu.
Pada tahun 2013, pengadilan memberikan keduanya hak asuh atas anak mereka, yang kebanyakan tinggal bersama ibunya.
Selain pernah bercerai, menurut pihak keluarga, Card sedang berjuang dengan kesehatan mentalnya berbulan-bulan sebelum penembakan terjadi. Keterangan otoritas penegak hukum setempat menyebut Card memiliki riwayat penyakit mental dan sempat dirawat di fasilitas psikiatri selama dua pekan saat musim panas tahun ini sebelum akhirnya diperbolehkan pulang.
Menurut Angkatan Darat AS, Card bergabung militer sejak tahun 2002 namun belum pernah terlibat dalam pertempuran. Buletin otoritas penegak hukum Maine yang dirilis pada Rabu (25/10) malam menyebut Card 'baru-baru ini melaporkan masalah kesehatan mental' yang mencakup halusinasi pendengaran atau mendengar suara-suara.
Disebutkan juga bahwa Card sempat membuat 'ancaman untuk menembaki Pangkalan Garda Nasional di Saco'.
Card disebut mulai memakai alat bantu dengar karena mengalami gangguan pendengaran dan pernah mengklaim dirinya bisa mendengar orang-orang berbicara buruk soal dirinya, termasuk di tempat boling dan bar yang menjadi lokasi penembakan.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini