Seruan untuk melakukan gencatan senjata di Gaza, Palestina, ditolak oleh Amerika Serikat (AS). Menurut AS, gencatan senjata hanya akan memberikan kelompok Hamas waktu untuk istirahat.
Dilansir dari AFP, Washington memperingatkan bahwa gencatan senjata di Jalur Gaza akan menguntungkan Hamas, yang menguasai wilayah tersebut sejak tahun 2007.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller menuturkan kepada wartawan bahwa adanya gencatan senjata akan 'memberikan kemampuan kepada Hamas untuk beristirahat, memulihkan diri dan bersiap untuk terus melancarkan serangan teroris terhadap Israel'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anda dapat memahami dengan jelas mengapa situasi ini tidak bisa ditoleransi oleh Israel, karena ini adalah situasi yang tidak bisa ditoleransi oleh negara mana pun yang telah mengalami serangan teroris brutal dan terus melihat ancaman teroris tepat di perbatasannya," ucap Miller saat berbicara kepada wartawan setempat pada Senin (23/10) waktu setempat.
Lebih lanjut, AS mengatakan telah berupaya untuk memastikan aliran bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza. Miller menyebut bahwa utusan AS David Satterfield berada di lapangan untuk bekerja 'secara intensif' terkait penyaluran bantuan kemanusiaan untuk warga sipil di Jalur Gaza.
Posisi serupa disampaikan oleh juru Gedung Putih John Kirby, yang seperti dilansir Al Jazeera, menegaskan bahwa saat ini bukan waktunya untuk gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
"Ini bukan waktunya untuk gencatan senjata," sebutnya dalam pernyataan kepada CNN.
"Israel memiliki hak untuk membela diri. Mereka masih memiliki pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengejar kepemimpinan Hamas," ujar Kirby.
Perang di Gaza Memakan Ribuan Korban
Serangan udara terhadap Jalur Gaza telah berlangsung lebih dari dua pekan. Israel beralasan seranga ke Gaza untuk membalas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu yang dilaporkan menewaskan lebih dari 1.400 orang, yang sebagian besar warga sipil, di wilayah Israel.
Laporan otoritas kesehatan Gaza, seperti dilansir Al Jazeera, menyebut sedikitnya 5.087 orang tewas -- kebanyakan warga sipil -- akibat serangan udara Israel sejauh ini. Angka itu mencakup 2.055 anak-anak dan 1.119 wanita. Lebih dari 15.000 orang lainnya mengalami luka-luka akibat gempuran di Jalur Gaza.