Sekelompok senator Amerika Serikat berkunjung ke Arab Saudi di tengah meningkatnya kekhawatiran akan meluasnya perang antara Hamas dan Israel.
Senator Lindsey Graham, seorang Republikan, memimpin delegasi senator bipartisan tersebut. Mereka akan bertemu dengan para pejabat Saudi untuk membahas perkembangan terkini di Timur Tengah setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.
"Amerika Serikat dan Arab Saudi memiliki kepentingan yang sama dalam menjaga stabilitas, keamanan, dan kemakmuran kawasan Teluk dan berkonsultasi secara erat mengenai berbagai masalah regional dan global," kata kantor Graham, dikutip Al Arabiya, Sabtu (21/10/2023). "Arab Saudi memainkan peran penting dalam upaya menuju masa depan yang damai dan sejahtera di kawasan ini," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di antara anggota parlemen yang melakukan perjalanan tersebut adalah Richard Blumenthal, Cory Booker, Katie Britt, Ben Cardin, Susan Collins, Chris Coons, Jack Reed, Dan Sullivan, dan John Thune.
Washington dan Riyadh telah berbeda pendapat mengenai Gaza, dengan Riyadh menuntut gencatan senjata dan penghentian segera serangan Israel yang menargetkan warga sipil.
Pemerintah AS mengatakan bahwa Israel mempunyai hak untuk mempertahankan diri dengan cara yang dianggap perlu. Pejabat pemerintahan Biden tidak terlalu memperhatikan atau fokus pada perlunya melindungi warga sipil Palestina setelah serangan Hamas.
Namun baru-baru ini, sikap tersebut telah berubah ketika AS menyerukan agar setiap tindakan Israel dilakukan sejalan dengan hukum kemanusiaan internasional.
Simak juga Video: Daftar Bantuan Senjata dari AS untuk Israel: Jet Tempur-Kapal Perang
Senator Graham telah menjadi pendukung kuat upaya pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendorong normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel.
Upaya diplomatik tampaknya semakin dekat, seperti yang dikatakan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dalam sebuah wawancara dengan Fox News bulan lalu. Namun, tindakan Israel di Gaza untuk sementara waktu telah menunda potensi kesepakatan kedua negara.
Arab Saudi sebelumnya telah menyerukan, dan terus menuntut, negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang saat ini memimpin pemerintahan paling ekstrem dalam sejarah Israel, menunjukkan peta tanpa Palestina dalam pidatonya di Majelis Umum PBB pada bulan September lalu.