Dilansir BBC, Selasa (17/10/2023), lebih dari 97% suara telah dihitung. Noboa, unggul empat poin persentase atas saingannya dari sayap kiri, Luisa González.
Selanjutnya, González mengakui kekalahannya di Pemilu dan mengucapkan selamat kepada Noboa atas kemenangannya.
"Kepada mereka yang tidak memilih kami, saya mengucapkan selamat kepada Anda karena kandidat Anda menang, dan sebagai warga Ekuador, saya menyambut mereka," ujar González.
"Inilah demokrasi," tambahnya.
Sementara itu, dalam pidato kemenangannya, Noboa mengatakan dia akan "memberikan kembali senyuman dan kedamaian bagi negara".
Diketahui, kampanye Pemilu dibayangi oleh tingkat kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menyebabkan salah satu kandidat, Fernando Villavicencio, dibunuh hanya beberapa hari sebelum putaran pertama pemungutan suara pada bulan Agustus.
Tingkat pembunuhan di Ekuador meningkat empat kali lipat antara tahun 2018 dan 2022. Jajak pendapat menunjukkan bahwa isu keamanan adalah perhatian utama para pemilih menjelang pemilu.
Saat memberikan pidato kemenangannya, Noboa naik ke atas panggung sambil diapit oleh tentara bersenjata. Noboa mengatakan siap bekerja untuk negara.
"Besok kami akan mulai bekerja untuk Ekuador yang baru, untuk membangun kembali negara yang dilanda kekerasan, korupsi dan kebencian," kata Noboa.
Para pengamat menilai Noboa --yang memiliki sedikit pengalaman politik-- akan menghadapi perjuangan berat untuk mengatasi masalah keamanan Ekuador dan berkinerja ekonomi yang buruk selama masa jabatannya yang terbatas.
Meskipun masa jabatan presiden di Ekuador biasanya berlangsung selama empat tahun, hal ini merupakan pemilihan umum awal yang dipicu oleh pembubaran parlemen oleh Presiden Guillermo Lasso yang akan keluar.
Noboa akan menjalani sisa masa jabatan Guillermo Lasso, yang akan berakhir pada Mei 2025. Namun Noboa dapat mencalonkan kembali untuk masa jabatan periode kedua.
Lebih lanjut, pendukung pengusaha muda itu turun ke jalan untuk merayakan kemenangannya.
"Kami membutuhkan darah baru dan bukan politik lama yang telah banyak merugikan kami," kata seorang mahasiswa berusia 23 tahun kepada kantor berita Reuters.
"Presiden kita tidak boleh membuang waktu dan bekerja keras untuk menghentikan ketidakamanan," sambungnya.
Selama masa kampanyenya, Noboa mengatakan dia akan memerangi gengter kuat di negara tersebut --yang banyak di antaranya beroperasi dari dalam penjara-- dengan menempatkan penjahat paling kejam di kapal penjara di lepas pantai Ekuador.
Ia juga mengatakan bahwa ia akan meningkatkan keamanan di perbatasan dan pelabuhan Ekuador untuk mengganggu jalur utama penyelundupan narkoba.
Sementar untuk mengangkat perekonomian dari keterpurukan pascapandemi, ia berjanji untuk meningkatkan lapangan kerja bagi generasi muda Ekuador, khususnya dengan menciptakan insentif bagi perusahaan nasional dan asing.
Daniel Noboa merupakan lulusan Harvard Kennedy School. Noboa tampaknya berhasil menarik perhatian para pemilih muda yang muak dengan kurangnya prospek.
Meskipun ia menampilkan dirinya sebagai alternatif terhadap politisi yang lebih mapan, para pengkritiknya menunjukkan bahwa ia berasal dari salah satu keluarga paling berkuasa di Ekuador.
Noboa muda adalah putra dan pewaris raja pisang Álvaro Noboa, yang telah mencoba -tetapi gagal- untuk terpilih sebagai presiden sebanyak lima kali.
Kemenangannya dipandang oleh banyak orang di Ekuador sebagai teguran dari para pemilih Gerakan Revolusi Warga dan pemimpinnya Rafael Correa.
(yld/imk)