Aksi penusukan melanda sebuah sekolah di kota Arras, Prancis bagian timur laut. Presiden Prancis Emmanuel Macron menuding teroris ada di balik penusukan ini.
Seperti dilansir AFP dan Associated Press, Jumat (13/10/2023), Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin menyatakan via media sosial X bahwa pelaku penikaman telah ditahan oleh kepolisian setempat. Namun identitas pelaku tidak disebutkan lebih lanjut.
Motif di balik penikaman ini juga belum diketahui secara jelas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Media thelocal.fr melaporkan bahwa penikaman ini terjadi di sebuah sekolah menengah di Arras pada Jumat (13/10) pagi, sekitar pukul 11.00 waktu setempat. Pelaku diidentifikasi sebagai seorang pria berusia 20-an tahun yang memasuki sekolah tersebut dengan membawa beberapa pisau.
"Kami meninggalkan kelas untuk pergi ke kantin ketika kami melihat seorang pria dengan dua pisau menyerang seorang guru yang berlumuran darah. Dia berusaha menenangkannya dan melindungi kami. Dia mengatakan kepada kami untuk pergi, tapi kami tidak terlalu memahami, jadi kami berlari dan yang lain kembali ke lantai atas," tutur salah satu siswa sekolah itu kepada surat kabar lokal La Voix du Nord.
Seorang guru laki-laki meninggal dalam penikaman ini, dengan dua orang lainnya -- satu adalah guru dan satu lainnya adalah pengajar non-staf -- mengalami luka parah. Salah satu korban luka dilaporkan dalam kondisi yang mengancam nyawanya.
Laporan media lokal France Info dan BFM menyebut pelaku merupakan mantan siswa pada sekolah tersebut.
Sementara itu, seorang sumber kepolisian setempat menuturkan kepada AFP, seperti dikutip thelocal.fr, bahwa pelaku adalah keturunan Chechen dan masuk dalam daftar pengawasan untuk ekstremisme.
Serangan penikaman di sekolah semacam itu tergolong langka terjadi di Prancis. Namun, kepolisian setempat melaporkan bahwa situasinya telah terkendali dan tidak lagi membahayakan masyarakat.
Bagaimana tanggapan Macron atas peristiwa penusukan ini? Baca halaman selanjutnya.
Simak juga 'Saat Beban Kerja Pembasmi Padat gegara Kutu Busuk di Paris':
Macron Tuding Teroris di Balik Penusukan
Pemerintah Prancis menghubungkan peristiwa ini dengan situasi memanas di Israel-Palestina. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut penusukan guru itu sebagai terorisme kelompok Islami.
Dilansir DW, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengutuk peristiwa itu sebagai "terorisme islami yang barbar". Macron menyerukan semua unsur masyarakat untuk "tetap bersatu, bekerja sama, dan berdiri bersama-sama."
"Pilihan telah diambil yakni tidak memberi kesempatan untuk teror, tidak membiarkan apapun untuk memecah-belah kita," kata Macron.
Macron mengatakan kematian guru itu barangkali telah menyelamatkan banyak nyawa lainnya. Dia mengabarkan bahwa aparat kepolisian telah menggagalkan aksi penyerangan serupa di kawasan lain di Prancis.
Prancis Siaga Tinggi
Kini, Prancis dalam kondisi siaga tinggi. Ribuan tentara dikerahkan berjaga-jaga di lokasi-lokasi vital.
Dilansir AFP, Minggu (15/10/2023), sebanyak 7.000 tentara dikerahkan dalam kondisi siaga tertinggi pada Sabtu (14/10) waktu setempat.
Aparat setempat menerima peringatan-peringatan akan adanya serangan lanjutan, menyusul serangan terhadap guru di kawasan Arras. Maka, aparat mengevakuasi orang-orang dari museum Louvre dan Istana Versailles, dua lokasi pariwisata terkemuka di Prancis.
"Tak ada ancaman nyata," kata Menteri Dalam Negeri, Gerald Darmanin, mengenai lokasi-lokasi itu.
![]() |
Ada "atmosfer jihad" sejak situasi di Palestina-Israel memanas dua pekan belakangan ini. Sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober, dilaporkan telah ada 189 aksi anti-Semitisme yang dilaporkan di Prancis, mengakibatkan 65 orang ditangkap, 23 di antaranya adalah orang asing.