Sebuah partai sayap kiri Prancis, Partai Anti-Kapitalis Baru atau New Anti-Capitalist Party (NPA), sedang diselidiki polisi atas komentar-komentarnya menyusul serangan mematikan Hamas di Israel. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Prancis Gerald Darmanin mengatakan partai tersebut diselidiki karena mengglorifikasi "teror".
Darmanin mengatakan pada acara berita TV, bahwa jaksa penuntut merujuk kasus tersebut ke polisi setelah kelompok sayap kiri NPA menegaskan "dukungannya terhadap Palestina dan cara perjuangan yang mereka pilih untuk melawan".
NPA mengatakan strategi Israel, yang menurutnya dikenal sebagai "mesin pemotong rumput", terdiri dari "secara fisik dan teratur menghilangkan generasi baru aktivis dan penentang pendudukan, dalam siklus yang berulang tanpa henti".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kali ini, serangan berada di pihak perlawanan," kata NPA dalam pernyataannya.
Darmanin mengatakan dia telah membuat "beberapa laporan" ke pengadilan tentang kejadian serupa.
Belakangan, Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne menekankan bahwa Prancis tidak akan mentolerir "tindakan atau komentar anti-Semit apa pun" di negaranya.
Borne menjanjikan "ketegasan sepenuhnya kepada semua orang yang menggunakan konflik ini sebagai dalih anti-Semitisme".
Berbicara kepada komunitas Yahudi, dia berkata: "Kami bersama Anda. Menyerang Anda berarti menyerang seluruh Republik".
Sementara itu, dua aksi demonstrasi pro-Palestina yang dijadwalkan berlangsung di Paris, ibu kota Prancis pada hari Kamis (12/100 besok telah dilarang, kata kepala polisi Paris Laurent Nunez.
Larangan polisi diberlakukan "mengingat risiko mengganggu ketertiban umum".
Simak Video: Massa AWG Demo di Depan Kedubes AS, Tuntut Perang Hamas-Israel Dihentikan
Mendagri Prancis Gerald Darmanin mengatakan, sekitar 50 "tindakan anti-Semit", beberapa di antaranya "sangat serius", telah tercatat di Prancis sejak serangan Hamas terhadap Israel pada hari Sabtu (7/10) lalu.
Namun, pemerintah Prancis juga mengatakan pada hari Selasa (10/10) bahwa mereka menentang penangguhan bantuan untuk Palestina, setelah Uni Eropa mengatakan pihaknya sedang meninjau bantuan pembangunan untuk Palestina menyusul serangan Hamas terhadap Israel.
"Prancis tidak mendukung penangguhan bantuan yang secara langsung bermanfaat bagi penduduk Palestina," kata Kementerian Luar Negeri Prancis, seraya menambahkan bahwa pihaknya telah "menyampaikan hal ini kepada Komisi Uni Eropa".
Tahun lalu, Prancis menyumbangkan bantuan sebesar 95 juta euro (US$101 juta) kepada warga Palestina di Gaza yang dikuasai Hamas, Yerusalem timur yang dianeksasi, Tepi Barat serta kamp-kamp pengungsi di negara-negara tetangga.
"Bantuan ini difokuskan untuk mendukung penduduk Palestina, di bidang air, kesehatan, ketahanan pangan dan pendidikan," kata Kementerian Luar Negeri Prancis.