Ribuan warga Afghanistan yang selamat dari gempa bumi dahsyat yang menewaskan lebih dari 2.000 orang bersiap menghadapi musim dingin tanpa tempat tinggal. Kini, mereka hidup dalam kondisi kedinginan.
Dilansir AFP, Selasa (10/10/2023), tim penyelamat melakukan upaya terakhir untuk menemukan korban yang selamat. Para sukarelawan telah bekerja dengan sekop di provinsi Herat sejak gempa mematikan berkekuatan magnitudo 6,3 terjadi pada hari Sabtu dan diikuti gempa susulan kuat.
PBB mengatakan lebih dari 12.000 orang, dari sekitar 1.700 keluarga, diperkirakan terkena dampak gempa itu. 100 persen rumah dinyatakan hancur di 11 desa di distrik Zenda Jan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga bernama Zareen di desa Nayeb Rafi mengatakan 11 anggota keluarganya tewas akibat tertimpa reruntuhan batu. Dia mengatakan tenda bantuan tidak akan tahan terhadap badai musim dingin.
"Jika pemerintah tidak membawa kami pergi atau membantu kami, kami akan terjebak di sini," kata pria berusia 70 tahun itu kepada AFP.
Menyediakan tempat perlindungan dalam skala besar akan menjadi tantangan bagi otoritas Taliban di Afghanistan. Taliban memiliki hubungan yang buruk dengan organisasi bantuan internasional.
"Tidak ada satu rumah pun yang tersisa, bahkan tidak ada kamar tempat kami bermalam," kata Mohammad Naeem (40). Dia mengatakan dirinya kehilangan 12 kerabatnya, termasuk ibunya.
"Kami tidak bisa tinggal di sini lagi. Anda lihat, keluarga kami menjadi martir di sini. Bagaimana kami bisa tinggal di sini?" sambungnya.
Pasien yang pulang dari rumah sakit pun menjadi tunawisma. Doctors Without Borders yang bekerja di ibu kota Herat, 30 kilometer tenggara pusat gempa, mengatakan korban luka kini menghadapi cobaan baru.
"Lebih dari 340 pasien yang dipulangkan kemarin tidak ingin meninggalkan rumah sakit karena mereka tidak punya rumah untuk kembali," kata badan amal tersebut di situs media sosial X.
Pejabat lokal dan nasional memberikan perhitungan yang bertentangan mengenai jumlah korban tewas dan cedera. Namun, kementerian bencana mengatakan 2.053 orang tewas.
"Kami tidak dapat memberikan jumlah pasti korban tewas dan terluka karena jumlahnya terus berubah," kata juru bicara Kementerian Penanggulangan Bencana, Mullah Janan Sayeq.
PBB mengatakan jumlah korban tewas mencapai hampir 1.300 orang dan hampir 500 orang lainnya masih hilang. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan.
Afghanistan sering dilanda gempa bumi yang mematikan, namun bencana yang terjadi pada akhir pekan ini adalah yang terburuk dalam 25 tahun terakhir.
Sebagian besar rumah pedesaan di Afghanistan terbuat dari lumpur, dan dibangun di sekitar tiang penyangga kayu. Hanya sedikit yang terbuat dari baja modern.
Keluarga besar multi-generasi umumnya tinggal di bawah satu atap, yang berarti bencana seperti gempa pada Sabtu lalu dapat menghancurkan komunitas lokal. Afghanistan sudah mengalami krisis kemanusiaan yang parah, dengan penarikan bantuan asing secara luas setelah Taliban kembali berkuasa.