Tentara bayaran Wagner rupanya hendak melakukan kudeta terhadap Presiden Moldova, Maia Sandu. Sandu mengklaim tentara Wagner adalah kekuatan utama di balik upaya kudeta terhadap dirinya.
Sandu, yang diwawancarai oleh Financial Times (FT) saat KTT Komunitas Politik Eropa Uni Eropa di Spanyol pada Jumat (6/10), mengklaim bahwa mendiang pemimpin Wagner, Yevgeny Prigozhin, mendukung upaya untuk menggulingkannya.
Dia juga mengatakan Moskow tetap terlibat dalam upaya untuk mengacaukan negara yang berada di antara Ukraina dan anggota Uni Eropa, Rumania tersebut. Terutama dengan menyalurkan uang ke Moldova untuk menyuap para pemilih pada pemilu lokal bulan depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Informasi yang kami miliki adalah rencana yang disiapkan oleh tim (Prigozhin)," kata Sandu kepada FT mengacu pada dugaan kudeta tersebut. Dia menambahkan bahwa kelompok paramiliter asal Rusia tersebut berusaha untuk membuat aksi-aksi protes anti-pemerintah, yang terjadi secara berkala sejak tahun lalu, berubah menjadi kekerasan.
"Situasinya sungguh dramatis dan kami harus melindungi diri kami sendiri," tutur Sandu, sebagaimana dikutip kantor berita Reuters, Sabtu (7/10/2023).
Tuduh Rusia
Sebelumnya, Sandu menuduh Rusia pada bulan Februari lalu merencanakan kudeta terhadap pemerintah Moldova dengan mengeksploitasi aksi-aksi protes.
Kementerian Luar Negeri Rusia telah menolak klaim tersebut dan menuduh Moldova menjalankan agenda anti-Rusia.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya
Kecam Rusia Invasi Ukraina
Sejak terpilihnya Sandu pada tahun 2020, pemerintah Moldova mengecam perang Rusia di Ukraina dan menjadi kandidat anggota Uni Eropa.
Prigozhin, yang tentara bayarannya memainkan peran utama dalam merebut bagian timur Ukraina untuk Rusia pada tahun lalu, melancarkan pemberontakan singkat terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin pada bulan Juni lalu. Bos Wagner itu tewas dalam kecelakaan pesawat dua bulan kemudian.
"Rusia akan meningkatkan tekanannya terhadap Moldova," kata Sandu kepada FT. "Mereka mencoba menggulingkan pemerintah dan gagal. Dan sekarang mereka mencoba campur tangan besar-besaran dalam pemilu kami, dengan menggunakan banyak uang," imbuhnya.
Sandu mengatakan badan intelijen Moldova telah mendeteksi setidaknya 20 juta euro dana Rusia yang masuk ke negara tersebut, dan menyatakan bahwa angka sebenarnya lebih tinggi.