Perdana Menteri (PM) Thailand Srettha Thavisin berjanji melakukan "langkah-langkah pencegahan" setelah penembakan di sebuah pusat perbelanjaan di Bangkok, ibu kota Thailand. Penembakan maut itu menewaskan dua orang dan menimbulkan pertanyaan baru tentang pengendalian senjata di kerajaan tersebut.
Para pembeli kembali berbelanja ketika mal Siam Paragon dibuka kembali kurang dari 24 jam setelah penembakan. Insiden itu menjadi serangan senjata mematikan ketiga yang terjadi di Thailand dalam empat tahun.
Penembakan di salah satu mal terbesar dan paling kelas atas di Bangkok itu, menjadi pukulan baru bagi upaya kerajaan tersebut untuk membangun kembali industri pariwisata setelah pandemi Corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PM Thavisin melakukan mengheningkan cipta selama satu menit di mal sebelum menyampaikan belasungkawa pemerintah kepada keluarga dua korban -- satu warga China dan satu asal Myanmar.
"Saya yakin Siam Paragon dan para pejabat pemerintah melakukan yang terbaik untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan," katanya, dikutip kantor berita AFP, Rabu (4/10/2023).
"Biarlah ini menjadi satu-satunya saat hal ini terjadi. Pemerintahan saya berjanji bahwa kami akan memberikan prioritas pada tindakan pencegahan," imbuhnya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Polisi menangkap seorang tersangka berusia 14 tahun, seorang siswa di sekolah swasta, hanya beberapa meter dari Siam Paragon.
Penyelidik mengatakan anak laki-laki itu dirawat karena gangguan mental, tidak meminum obatnya dan melaporkan mendengar suara-suara yang menyuruhnya menembak orang.
Simak Video 'Polisi Sebut Remaja Penembak di Mal Bangkok Mengalami Gangguan Mental':