Junta Myanmar marah pada sekutu dekatnya, China, atas film blockbuster tentang perdagangan manusia dan kompleks penipuan yang dianggap telah "mencoreng" reputasinya.
Film tersebut, "No More Bets" menceritakan kisah seorang programmer komputer yang diperdagangkan ke sebuah negara Asia Tenggara yang tidak disebutkan namanya, dan dipaksa bekerja sebagai penipu online untuk sebuah sindikat.
Film itu tidak menyebut nama Myanmar. Namun, kondisinya mirip dengan wilayah utara negara tersebut yang tidak memiliki hukum, di mana Beijing mengatakan warga negaranya sering dibujuk atau diperdagangkan dan dipaksa bekerja untuk menipu rekan senegaranya secara online.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penipuan ini telah membuat marah Beijing, sekutu utama dan pemasok senjata bagi junta Myanmar yang terisolasi secara internasional.
Dalam pertemuan dengan para pejabat China di Guangxi, Konsul Jenderal junta Myanmar di Nanning, China barat daya, membahas "tercorengnya imej Myanmar dalam film tersebut... yang dibuat oleh China dan dirilis di China dan di seluruh dunia," menurut surat kabar pemerintah Myanmar, Global New Light of Myanmar, sebagaimana dilansir kantor berita AFP, Jumat (29/9/2023).
"Alur ceritanya terkait dengan Myanmar, dan ada laporan bahwa warga negara China khawatir untuk mengunjungi Myanmar," kata Konsul jenderal junta Myanmar di Nanning kepada para pejabat pemerintah di wilayah Guangxi awal pekan ini.
Meski baru dirilis pada bulan Agustus, "No More Bets" telah menjadi film terpopuler ketiga di China tahun ini, meraup 3,8 miliar yuan (US$521 juta) dan memicu diskusi online tentang bahaya mengunjungi Asia Tenggara.
Sebulan sebelum film tersebut dirilis, pemerintah China telah meminta junta Myanmar untuk "membasmi" pusat-pusat penipuan online di wilayah perbatasan tanpa hukum, yang menargetkan warga negara China.
Film tersebut belum ditayangkan di bioskop Myanmar.