Mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton mengejek musuh lamanya, Presiden Rusia Vladimir Putin, terkait semakin bertambahnya anggota aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sejak Moskow menginvasi Ukraina.
Seperti dilansir AFP, Selasa (27/9/2023), komentar terbaru Hillary untuk Putin itu disampaikan saat dirinya mengunjungi Departemen Luar Negeri AS untuk menghadiri momen diungkapkannya potret resmi dirinya sebagai mantan Menlu.
"Sayang sekali, Vladimir. Anda sendiri yang menyebabkannya," ucap Hillary saat berbicara di Departemen Luar Negeri AS pada Selasa (26/9) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu menjadi titik perdebatan. Dan kami selalu mengatakan, orang-orang tidak dipaksa bergabung dengan NATO, orang-orang memilih dan ingin bergabung dengan NATO," tegasnya.
Finlandia dan Swedia langsung berupaya bergabung dengan NATO setelah Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022 lalu. Kyiv sendiri juga ingin bergabung dengan NATO namun belum berhasil.
Diketahui bahwa setiap anggota aliansi NATO berjanji untuk saling membela satu sama lain jika salah satu diserang.
Putin, pada awal invasi Rusia, menyebut hasrat Ukraina bergabung NATO sebagai alasan dari invasi tersebut.
Lihat juga Video 'AS Ancam Korea Utara Jika Berani Membantu Rusia':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Langkah Moskow menginvasi negara tetangganya itu ditanggapi dengan dukungan kuat negara-negara Barat untuk Kyiv, termasuk melalui pasokan senjata senilai miliaran dolar Amerika.
Hillary menjabat Menlu AS tahun 2009 lalu, sebagai bagian dari pemerintahan Presiden Barack Obama. Begitu menjabat, Hillary pada saat itu dengan cepat berupaya 'mengatur ulang' hubungan AS dan Rusia, yang memburuk akibat serangan yang dilancarkan Moskow setahun sebelumnya terhadap Georgia.
Namun hubungan kedua negara justru semakin memburuk secara dramatis pada akhir masa jabatan Hillary, ketika Putin semakin otoriter pada tahun 2012 dan menuduhnya secara pribadi mengobarkan protes oleh para pemimpin oposisi yang menolak hasil pemilu di mana partainya Putin meraup kemenangan.
Hillary yang menjadi capres Partai Demokrat kalah mengejutkan dari Donald Trump, yang didukung Partai Republik, dalam pilpres tahun 2016. Panel Senat AS menyimpulkan setelah itu bahwa Rusia berusaha mengintervensi pemilu AS untuk membantu Trump menang.