Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bertemu Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu di sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berlangsung di New York. Dalam pertemuan itu, keduanya sepakat terus mengupayakan normalisasi hubungan diplomatik Israel dan Arab Saudi.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (21/9/2023), pertemuan di New York yang berlangsung pada Rabu (20/9) waktu setempat ini merupakan pertemuan pertama kali antara keduanya sejak Netanyahu kembali menjabat PM Israel pada Desember tahun lalu.
Kedua pemimpin mengisyaratkan keinginan meredakan ketegangan, namun Biden juga menegaskan tekadnya membahas perbedaaan antara kedua negara. Hal ini mencakup ketidaksepakatan Biden terhadap perombakan peradilan yang kontroversial oleh pemerintahan sayap kanan Netanyahu, serta kekhawatirannya atas sikap keras Israel terhadap Palestina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya harap kita bisa menyelesaikan beberapa hal pada hari ini," ucap Biden saat duduk berdampingan dengan Netanyahu pada awal pertemuan yang digelar di ballroom sebuah hotel di New York.
Pernyataan Gedung Putih yang dirilis setelah pertemuan kedua pemimpin menyatakan bahwa Biden 'menegaskan kembali keprihatinan terhadap perubahan mendasar apapun pada sistem demokrasi Israel, tanpa adanya konsensus seluas mungkin'.
Biden, menurut Gedung Putih, juga menyerukan 'tindakan segera untuk meningkatkan situasi keamanan dan ekonomi, menjaga kelangsungan solusi dua negara, dan mendorong perdamaian yang adil dan abadi antara Israel dan Palestina'.
Dalam pertemuan itu, Biden juga menegaskan kembali komitmen untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir dan juga menegaskan kembali dukungan terhadap solusi dua negara terhadap konflik Israel-Palestina.
Namun isu terbesar dalam agenda pertemuan itu adalah dorongan yang dipimpin AS untuk menormalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan Saudi yang bermusuhan sejak lama.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Saksikan juga 'Uji Coba Taksi Terbang Buat Mobilitas RS di Yerusalem':
Upaya itu membutuhkan negosiasi rumit yang lebih luas dengan melibatkan jaminan keamanan AS dan bantuan nuklir sipil yang diminta oleh Riyadh serta konsesi Israel terhadap Palestina.
"Saya pikir di bawah kepemimpinan Anda, Bapak Presiden, kita dapat mewujudkan perdamaian bersejarah antara Israel dan Arab Saudi," ucap Netanyahu kepada Biden dalam pertemuan itu.
"Perdamaian seperti itu akan sangat membantu dalam mengakhiri konflik Arab-Israel, mencapai rekonsiliasi antara dunia Islam dan negara Yahudi dan memajukan perdamaian sejati antara Israel dan Palestina," imbuhnya.
Netanyahu mengatakan mereka bisa bekerja sama untuk mencetak sejarah baru.
"Bersama," ucap Biden mengulangi pernyataan Netanyahu, yang menandakan komitmen terhadap upaya normalisasi yang menurutnya tidak terpikirkan bertahun-tahun yang lalu.
Seorang pejabat senior pada pemerintahan Biden mengatakan kepada wartawan usai pertemuan itu bahwa terdapat pemahaman soal beberapa konsesi terhadap Palestina harus menjadi bagian dari kesepakatan apapun, namun dia tidak menyebut lebih lanjut apa saja konsesi itu.
Menurut pejabat senior AS itu, terwujudnya normalisasi masih jauh dan semua pemimpin yang terlibat harus melakukan 'beberapa hal yang sangat sulit' untuk bisa mencapai kesepakatan. "Ada beberapa cara untuk melakukan perjalanan sebelum kita sampai di sana," sebutnya.
Pemerintahan Netanyahu diketahui hanya menunjukkan sedikit kesediaan untuk memberikan konsesi besar kepada Palestina, yang bisa semakin mempersulit Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammad bin Salman untuk menyetujui normalisasi dengan Israel.