Pemerintah Amerika Serikat (AS) sedang mengupayakan normalisasi hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Israel dengan tujuan mencapai perjanjian 'transformatif'. Namun, prosesnya diakui sulit oleh Washington, dengan pembahasan disebut masih belum sampai pada hal-hal spesifik, termasuk soal Palestina.
Seperti dilaporkan Bloomberg dan dilansir Alarabiya News, Senin (18/9/2023), perkembangan terkini soal upaya normalisasi antara Riyadh dan Tel Aviv itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken saat berbicara kepada wartawan pada akhir pekan.
"Bahkan ketika kami sedang mengerjakannya, hal ini masih merupakan proposisi yang sulit," ucap Blinken saat ditanya oleh wartawan soal kemungkinan tercapainya kesepakatan antara Saudi dan Israel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hal-hal spesifik dari setiap perjanjian, menyangkut soal apa yang diinginkan oleh pihak-pihak yang berbeda, merupakan tantangan," sebutnya.
"Jadi meskipun saya meyakini hal itu sangat mungkin terjadi, hal itu sama sekali bukan suatu kepastian. Namun kami mempercayai bahwa manfaat yang akan didapatkan, jika kami berhasil mencapainya, tentu akan sepadan dengan usaha yang kami lakukan," ujar Blinken dalam penjelasannya.
Blinken kemudian ditanya wartawan soal apakah kesepakatan yang tercapai akan bermanfaat bagi AS nantinya, mengingat pilihan Saudi baru-baru ini untuk tidak meningkatkan produksi minyak dan desakan Israel untuk memperluas permukiman yang kontroversial.
Atas pertanyaan itu, dia menjawab bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden mengharapkan 'kemajuan dalam sejumlah isu yang menjadi perhatian AS dalam kesepakatan apapun yang dicapai antara kedua negara itu'.
Simak juga Video 'AS Soroti Kekerasan Rezim Myanmar di Forum KTT ASEAN 2023':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Pakta perjanjian antara Saudi dan Israel, menurut Blinken, akan bisa membawa stabilitas lebih besar di kawasan Timur Tengah. Dia juga menyatakan jika kedua negara itu saling mengakui secara resmi maka akan 'bergaung sangat, sangat kuat di kawasan ini'.
"Kita telah berulang kali tertarik pada kawasan tersebut, ketika kawasan itu berada dalam kekacauan, ketika kawasan itu berada dalam konflik," sebut Biden, sembari menambahkan bahwa kawasan yang 'ditentukan oleh integrasi' akan menjadi peristiwa yang 'sangat positif'.
Namun, Blinken juga menyebut bahwa kesepakatan apapun yang mungkin tercapai, tidak akan menjadi 'pengganti bagi Israel dan Palestina yang juga menyelesaikan perbedaan mereka dan, menurut penilaian kami, terus bergerak menuju dan pada akhirnya mencapai solusi dua negara'.
Disebutkan juga oleh Blinken bahwa percakapannya dengan para pemimpin Saudi telah memperjelas perlunya 'komponen penting bagi Palestina'.
Diketahui bahwa Saudi tidak mengakui Israel secara resmi dan tidak bergabung dengan Perjanjian Abraham tahun 2020 yang dimediasi AS. Perjanjian itu diketahui telah berhasil membuat Israel menjalin hubungan resmi dengan dua negara tetangga Saudi, yakni Uni Emirat Arab dan Bahrain.
Terlepas dari upaya pemerintah AS selama bertahun-tahun untuk membuat Saudi bergabung dengan negara-negara Teluk lainnya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, kerajaan itu terus menahan diri.
Riyadh bersikeras menuntut soal negara Palestina, di antara masalah-masalah lainnya, untuk diselesaikan sejalan dengan Inisiatif Perdamaian Arab.