Ratusan narapidana di Bahrain nekat menggelar aksi mogok makan massal selama lebih dari sebulan terakhir, atau sekitar 36 hari terakhir. Pekan ini, aksi mogok makan para napi itu akhirnya berakhir setelah otoritas Bahrain berjanji memperbaiki kondisi di dalam penjara-penjara setempat.
Seperti dilansir AFP, Rabu (13/9/2023), laporan kelompok aktivis setempat menyebut sedikitnya 800 narapidana bergabung dalam aksi mogok makan massal itu. Menurut para aktivis, kesehatan beberapa narapidana memburuk setelah melakukan aksi tersebut.
Otoritas Bahrain, dalam pernyataan terpisah, menyebut ada 121 narapidana yang melakukan aksi mogok makan massal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puluhan orang menggelar aksi protes yang tersebar hampir setiap harinya, untuk mendukung para narapidana. Aksi protes itu mirip dengan unjuk rasa besar-besaran yang mengguncang negara itu tahun 2011 lalu.
"Sungguh melegakan bahwa aksi mogok makan yang berkepanjangan telah dihentikan menyusul kekhawatiran serius mengenai memburuknya kesehatan banyak tahanan politik," ucap direktur advokasi pada Institusi Hak dan Demokrasi Bahrain (BIRD), Sayed Ahmed Alwadaei, dalam pernyataannya.
"Otoritas setempat harus menepati janji mereka dan bertindak cepat untuk memperbaiki kondisi penjara, daripada memaksa para tahanan untuk melanjutkan aksi mogok makan mereka dan mempertaruhkan nyawa mereka untuk menjamin hak asasi dasar mereka," imbuh pernyataan tersebut.
Menurut BIRD dan kelompok oposisi yang dilarang di Bahrain, para narapidana di dalam penjara Jau telah dikurung di dalam sel isolasi selama 23 jam dan dibatasi aksesnya untuk beribadah. Penjara itu diketahui menahan para pembangkang ketika otoritas Bahrain menindak tegas unjuk rasa tahun 2011 lalu.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Penghentian aksi mogok makan itu, yang sampai memicu kekhawatiran pemerintah Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu Bahrain, terjadi saat tim dari Kantor Hak Asasi Manusia (HAM) PBB di Jenewa sedang melakukan pengawasan internasional menjelang kunjungan pekan ini.
Laporan BIRD juga menyebut bahwa Putra Mahkota Bahrain akan bertemu para pejabat senior di Washington, AS, dalam beberapa hari ke depan.
Para narapidana itu, sebut BIRD, telah ditawari kunjungan keluarga tambahan, pembebasan beberapa narapidana dari sel isolasi, lebih banyak waktu panggilan telepon, lebih banyak paparan sinar matahari dan revisi layanan kesehatan.
Aksi mogok makan massal itu dihentikan pada Senin (11/9) malam waktu setempat, setelah dilakukan pertemuan oleh otoritas penjara setempat, Kementerian Dalam Negeri dan sekelompok narapidana setempat.