Armenia akan menjadi tuan rumah latihan militer bersama dengan pasukan Amerika Serikat pada minggu depan. Sebuah sinyal terbaru dari menjauhnya negara bekas republik Uni Soviet tersebut dari sekutu lamanya, Rusia.
Pengumuman itu muncul sehari setelah Moskow menepis kritik dari Armenia bahwa pasukan penjaga perdamaian Rusia gagal menjaga ketertiban di satu-satunya rute yang menghubungkan Armenia ke wilayah separatis Nagorno-Karabakh di Azerbaijan yang memisahkan diri.
Dilansir kantor berita AFP, Kamis (7/9/2023), Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan latihan Eagle Partner 2023 tersebut bertujuan untuk "meningkatkan tingkat interoperabilitas" antara pasukan Armenia dan AS dalam misi penjaga perdamaian internasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Latihan militer tersebut akan diadakan pada 11-20 September di pusat pelatihan Zar, Armenia.
Kremlin menanggapinya dengan mengatakan bahwa pengumuman tersebut "menimbulkan kekhawatiran" dan berjanji untuk "menganalisis secara menyeluruh" latihan tersebut.
Rusia dan Armenia berselisih mengenai kontingen pasukan penjaga perdamaian Rusia berkekuatan 2.000 orang yang bertanggung jawab atas koridor Lachin, yang menghubungkan Armenia ke Nagorno-Karabakh.
Pasukan tersebut telah dikerahkan di sana sejak tahun 2020, ketika Rusia menjadi perantara gencatan senjata untuk mengakhiri perang antara Armenia dan Azerbaijan atas wilayah pegunungan tersebut.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, baru-baru ini mengatakan Moskow "tidak mampu atau tidak mau" mengendalikan koridor tersebut. Pemerintahannya mengatakan Azerbaijan telah menutup jalan dan memblokade Nagorno-Karabakh, sehingga memicu krisis kemanusiaan di kota-kota yang dihuni warga Armenia.
Menandai perubahan besar kebijakan luar negeri, Pashinyan juga mengatakan bahwa ketergantungan sejak lama Armenia pada Rusia sebagai penjamin keamanannya adalah kesalahan strategis".
Istri Pashinyan berada di Kyiv, Ukraina pada hari Rabu (6/9) untuk menghadiri pertemuan ibu negara dan menyampaikan bantuan kemanusiaan untuk pertama kalinya sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Terkait hal ini, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Galuzin mengatakan kepada kantor berita Rusia, TASS, bahwa NATO berusaha menarik Armenia "ke dalam lingkup pengaruhnya yang merusak".
Orang-orang Armenia "cukup bijaksana dan berpandangan jauh ke depan... untuk tidak mengikuti tindakan provokatif seperti itu", katanya.
"Kami tidak memaksakan apa pun pada siapa pun. Tapi, tentu saja, kami menarik perhatian mitra kami pada fakta bahwa hubungan yang lebih dekat dengan NATO sepertinya tidak akan menghasilkan hasil positif dalam menjamin keamanan mereka sendiri," tutur Galuzkin.
Diketahui bahwa Rusia memiliki pangkalan militer permanen di Armenia, yang merupakan bagian dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif yang dipimpin Moskow.