Perdana Menteri (PM) China Li Qiang menyerukan negara-negara besar untuk melawan 'Perang Dingin baru'. Seruan itu dinilai mengandung referensi terselubung untuk Amerika Serikat (AS).
Seperti dilansir AFP, Rabu (6/9/2023), Li melontarkan seruan itu saat berbicara pada awal pertemuan ASEAN-plus-three saat negara-negara Asia Tenggara menggelar pertemuan dengan China, Jepang dan Korea Selatan (Korsel) di Jakarta, di sela-sela digelarnya KTT ASEAN.
Seruan Li itu disampaikan setelah Beijing menyampaikan keprihatinan soal terbentuknya blok-blok yang didukung Washington, sembari menghadapi perselisihan dengan negara-negara lainnya di kawasan tersebut terkait Laut China Selatan dan isu-isu lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketidaksepakatan dan perselisihan bisa muncul di antara negara-negara karena kesalahan persepsi, perbedaan kepentingan, atau campur tangan eksternal," kata Li dalam pernyataannya.
"Untuk menjaga perbedaan tetap terkendali, yang penting saat ini adalah menentang sikap memihak, menentang konfrontasi blok, dan melawan Perang Dingin yang baru," cetusnya.
ASEAN yang beranggotakan 10 negara akan menggelar pertemuan puncak terpisah dengan China, Jepang, Korsel, AS dan Kanada, yang menyediakan arena bagi negara-negara besar untuk melobi blok tersebut dan mempraktikkan persaingan mereka.
Wakil Presiden AS Kamala Harris hadir dalam acara pertemuan pemimpin dalam rangkaian KTT ASEAN di Jakarta pekan ini. Harris mewakili Presiden Joe Biden yang berhalangan hadir. Sementara Li mewakili Presiden Xi Jinping untuk memimpin delegasi China dalam menghadiri rangkaian KTT ASEAN.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Pertemuan pada Rabu (6/9) waktu setempat ini digelar sebelum KTT Asia Timur yang beranggotakan 18 negara pada Kamis (7/9) besok, yang akan dihadiri Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov, di mana isu-isu geopolitik lebih luas diperkirakan menjadi agenda utama.
Indonesia sebagai tuan rumah KTT ASEAN mengatakan pada Selasa (5/9) waktu setempat bahwa blok negara-negara Asia Tenggara tidak akan menjadi proxy bagi persaingan kekuatan besar, di saat ketegangan AS-China terus berkobar terkait isu Taiwan, Laut China Selatan dan invasi Rusia ke Ukraina.
Pertemuan meja bundar yang akan dihadiri Harris dan Lavrov akan menjadi pertemuan tingkat tinggi pertama antara AS dan Rusia sejak pertemuan para Menteri Luar Negeri (Menlu) digelar di Jakarta pada Juli lalu, ketika para pejabat AS dan Eropa mengkritik diplomat top Rusia soal konflik Ukraina.