Otoritas Amerika Serikat akan terus mendeportasi para migran Haiti kembali ke negara mereka. Hal ini disampaikan juru bicara Departemen Keamanan Dalam Negeri AS pada hari Kamis (31/8) waktu setempat, di tengah memburuknya perang geng di Haiti yang mendorong pemerintah AS mendesak warganya untuk pergi dari negara itu.
"Pengusiran warga negara Haiti yang ditemui di perbatasan selatan kita dan pemulangan warga negara Haiti yang ditemui di laut terus berlanjut," kata juru bicara tersebut.
"Mereka yang ditemukan di laut akan segera dipulangkan, dan mereka yang ditemui di Amerika Serikat tanpa dasar hukum untuk tetap tinggal, akan dipulangkan," ujar juru bicara itu, dikutip kantor berita Reuters, Jumat (1/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok-kelompok hak asasi manusia telah meminta Amerika Serikat dan negara-negara lain untuk menghentikan praktik pengusiran migran Haiti ini.
Otoritas perbatasan AS telah mendapati lebih dari 125.000 warga Haiti antara Oktober dan Juli lalu, menurut Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS.
Sebelumnya pada Kamis (31/8) pagi waktu setempat, sebuah penerbangan yang membawa 66 migran Haiti mendarat di Bandara Internasional Toussaint Louverture di ibu kota Port-au-Prince, menurut dokumen Keamanan Dalam Negeri yang dilihat oleh Reuters.
Pada pagi yang sama, sekelompok kecil, termasuk orang-orang yang tiba dengan mobil dari misi diplomatik AS, berkumpul di landasan pacu bandara yang sama untuk menaiki pesawat Boeing 767 yang dioperasikan oleh maskapai carter AS, Omni Air International menuju ke AS.
Lihat juga Video 'Ribuan Migran Haiti Menuju AS Lewat Meksiko':
"Situasi kemanusiaan telah memburuk secara signifikan di Haiti pada tahun 2023," kata Kantor Terpadu PBB di Haiti (BINUH) dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (31/8), memperkirakan bahwa lebih dari 2.500 orang telah tewas dibunuh dan 970 orang diculik sejak bulan Januari lalu.
Jumlah ini mencakup sedikitnya 71 orang yang tewas dalam eskalasi yang terjadi baru-baru ini selama dua minggu terakhir bulan Agustus.
"Gelombang kekerasan terbaru telah mengakibatkan lebih dari sepuluh ribu orang terpaksa mengungsi, yang mengungsi ke lebih dari dua puluh tempat penampungan sementara dan keluarga-keluarga yang menampung mereka," katanya.