Otoritas Lebanon menangkap seorang warga negara Rusia yang diduga menjadi mata-mata Israel di wilayahnya. Warga Rusia itu dicurigai memata-matai kelompok Hizbullah yang didukung Iran dan merupakan musuh bebuyutan Israel.
Seperti dilansir AFP, Selasa (29/8/2023), seorang pejabat keamanan Lebanon menuturkan kepada AFP bahwa Hizbullah memberitahu pasukan keamanan negara itu bahwa seorang warga Rusia 'direktur oleh Israel untuk misi pengintaian di markas besar mereka di pinggiran selatan Beirut dan Lebanon bagian selatan'.
Pasukan keamanan Lebanon, sebut pejabat itu, menangkap warga negara Rusia tersebut sekitar dua pekan lalu di bandara Beirut, saat dia berusaha melarikan diri bersama istri dan anaknya. Identitas warga Rusia yang ditangkap itu tidak diungkap ke publik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penangkapan dilakukan setelah Hizbullah melaporkan kepada pasukan keamanan Lebanon soal seorang tersangka yang mencoba menyusup ke dalam apartemen di pinggiran selatan Beirut, yang menjadi basis kelompok tersebut.
Usai ditangkap, warga Rusia itu diinterogasi di departemen keamanan umum, sebelum diserahkan kepada jaksa militer yang kini bertanggung jawab atas penyelidikan kasus ini.
Pada Jumat (25/8) waktu setempat, kepala sementara Badan Keamanan Umum Lebanon Elias al-Baysari mengatakan bahwa otoritas setempat telah menangkap 'jaringan dua orang yang memiliki keterkaitan dengan musuh (Israel-red) di bandara Beirut, dan yang ditugaskan untuk melancarkan operasi' di Lebanon.
"Kami menginterogasi mereka dan merujuk mereka ke pengadilan militer yang kompeten," tutur Baysari, tanpa memberikan informasi detail soal kewarganegaraan orang yang ditangkap.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Dalam tanggapannya pada Sabtu (26/8) waktu setempat, seperti dikutip kantor berita RIA Novosti, Kedutaan Besar Rusia di Beirut menyatakan pihaknya 'menyadari' soal penangkapan terhadap warga negaranya dan 'mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengklarifikasi detail soal situasi itu'.
Lebanon secara teknis masih berperang dengan Israel dan melarang warganya melakukan kontak dengan Israel atau bepergian ke sana. Israel dan Hizbullah pernah berperang selama 33 hari di wilayah Lebanon tahun 2006 lalu.
Dituturkan beberapa pejabat keamanan Lebanon bahwa jumlah orang yang ditangkap karena diduga berkolaborasi dengan Israel telah melonjak secara signifikan sejak perekonomian negara itu kolaps pada akhir tahun 2019 lalu.