Korea Utara (Korut) menuduh Amerika Serikat (AS) sedang mendorong Semenanjung Korea ke ambang perang nuklir, dengan mengerahkan sarana nuklir secara besar-besaran ke wilayah Korea Selatan (Korsel) sejak awal tahun ini.
Seperti dilansir kantor berita Rusia, TASS, Rabu (16/8/2023), tuduhan itu dilontarkan Menteri Pertahanan (Menhan) Korut Kang Sun Nam dalam pidatonya yang dibacakan pada Konferensi Keamanan Internasional Moskow (MCIS) ke-11 yang digelar di Moskow, Rusia, pekan ini.
"Amerika Serikat, yang telah menjalankan kebijakan bermusuhan terhadap Korea sebagai kebijakan negara dan secara terang-terangan melanggar pengembangan independen dan kepentingan keamanan Korea Utara, mendorong situasi di Asia Timur Laut ke ambang pecahnya perang nuklir," cetus Kim Sun Nam dalam pidatonya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Amerika ... sejak awal tahun ini telah mengerahkan sarana nuklir strategis besar-besaran ke Korea Selatan, termasuk kapal selam bertenaga nuklir, pesawat pengebom strategis, dan kelompok tempur kapal induk nuklir, dan telah melakukan sejumlah latihan militer gabungan besar-besaran yang menyimulasikan perang total dengan kami. Latihan ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam hal skala, intensitas dan durasi," sebutnya.
"Sekarang, pertanyaannya bukan apakah perang nuklir di Semenanjung Korea akan pecah atau tidak, pertanyaannya adalah siapa, kapan dan bagaimana itu terjadi," ucap Kim Sun Nam menegaskan dalam pidatonya.
Belum ada tanggapan resmi AS atas tuduhan terbaru Korut itu.
Pada Juli lalu, seperti dilansir Reuters, sedikitnya dua kapal selam nuklir AS berlabuh di Korsel ketika kedua negara yang bersekutu itu berupaya meningkatkan aset-aset strategis untuk menangkal ancaman Korut.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
USS Kentucky, yang merupakan kapal selam rudal balistik bersenjata nuklir, berlabuh di Busan pada 18 Juli lalu. Itu menjadi momen pertama kali dalam empat dekade terakhir, atau sejak tahun 1980-an, bagi sebuah kapal selam rudal balistik bersenjata nuklir (SSBN) AS berlabuh di Korsel.
Itu juga bertepatan dengan peluncuran pembicaraan antara Washington dan Seoul untuk mengoordinasikan tanggapan jika terjadi perang nuklir dengan Pyongyang.
Dalam responsnya pada saat itu, Korut meluncurkan dua rudal balistik pada 19 Juli, atau beberapa jam setelah kedatangan USS Kentucky, dan kembali menembakkan beberapa rudal jelajah pada 22 Juli.
Beberapa hari kemudian, atau pada 24 Juli lalu, USS Annapolis yang merupakan kapal selam bertenaga nuklir AS berlabuh di pangkalan laut Korsel di Pulau Jeju. Disebutkan bahwa USS Annapolis berlabuh di Jeju untuk memasukkan muatan pasokan militer dalam misi operasional yang tidak diungkapkan.
USS Annapolis diketahui bukan jenis kapal selam bersenjata nuklir seperti USS Kentucky, namun memiliki spesialisasi untuk perang antikapal dan antikapal selam. Kapal selam AS itu bergabung dalam latihan antikapal selam yang digelar AS bersama Korsel dan Jepang pada September tahun lalu di perairan internasional di Semenanjung Korea.