Kebakaran hutan menghanguskan ribuan hektare lahan di Portugal selatan. Sebanyak 1.400 orang mengungsi imbas kebakaran ini.
Dilansir Reuters, Selasa (8/8/2023), sebanyak 850 petugas dikerahkan dan 6 pesawat water bombing untuk memadamkan kebakaran sejak Sabtu di kotamadya Odemira, di wilayah Alentejo. Kebakaran kemudian ke selatan menuju Algarve, salah satu tujuan wisata utama Portugal.
Temperatur tinggi dan angin kencang mempersulit upaya untuk memadamkan api, yang telah menghancurkan sekitar 6.700 hektar lahan. Komandan otoritas darurat dan perlindungan sipil, Jose Ribeiro, mengatakan kondisi cuaca diperkirakan akan tetap menjadi tantangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesaat sebelum matahari terbenam pada hari Senin, langit di Odemira menjadi gelap saat awan asap besar memenuhi udara.
Wali Kota Odemira, Helder Guerreiro, menyebut situasi itu "kritis, sulit, dan rumit".
Sementara Ribeiro mengatakan ada banyak pekerjaan untuk mengendalikan api.
"Ini adalah situasi yang mengkhawatirkan," kata Ribeiro kepada wartawan saat briefing pagi.
Dia menambahkan ada dua front aktif, dengan satu menuju Monchique, daerah pegunungan hijau subur di pedesaan Algarve.
Negara-negara Eropa selatan seperti Portugal telah bergulat dengan suhu yang memecahkan rekor selama puncak musim panas. Hal ini mendorong pihak berwenang untuk memperingatkan risiko kesehatan.
Para ilmuwan mengatakan gelombang panas menjadi lebih sering, intens, dan menyebar sepanjang musim karena perubahan iklim.
Tiga distrik di utara Portugal ditempatkan di bawah siaga merah pada Selasa karena suhu diperkirakan naik menjadi 41 Celsius di kota utara Castelo Branco. Di Alentejo, termometer mencapai 40 C di Evora dan 38 C di Beja.
Pihak berwenang telah menyatakan lebih dari 120 kotamadya di seluruh Portugal, termasuk di Lisbon, Alentejo, dan Algarve, berisiko tinggi mengalami kebakaran hutan.
"Kondisi cuaca yang akan kita alami dalam beberapa hari mendatang berarti setiap kejadian kecil (kebakaran) bisa menjadi besar," kata Menteri Perlindungan Sipil negara bagian Patricia Gaspar dalam konferensi pers.