Cuaca ekstrem bertubi-tubi
Alhendawi mengatakan bahwa agenda yang mengumpulkan sekitar 43.000 anggota pramuka di sebuah perkemahan di Provinsi Jeolla Utara, Korea Selatan, begitu "sangat tidak beruntung dengan adanya gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sekarang topan."
Kondisi cuaca ekstrem seperti itu, "secara signifikan berdampak pada perencanaan dan pelaksanaan Jambore Pramuka Dunia ke-25," ungkap Alhendawi, seraya menambahkan bahwa terlepas dari tantangan-tantangan yang ada, para anggota pramuka telah menunjukkan "ketangguhan, tekad, dan kepemimpinan yang sejati dalam menghadapi kesulitan."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Organisasi pramuka sedunia itu juga mengatakan bahwa perayaan tahun ini adalah pertama kalinya sebuah agenda perkemahan dievakuasi akibat cuaca buruk, setelah insiden ketika angin topan melanda agenda Jambore Dunia di Jepang pada tahun 1971 silam.
![]() |
Di sisi lain, Topan Khanun, yang menewaskan sedikitnya dua orang di Jepang, diprediksi akan melanda Korea Selatan pada hari Kamis (10/08), di area dekat perkemahan Jambore Dunia tersebut.
Sebelumnya, pihak penyelenggara bersikeras bahwa jambore akan tetap berlangsung meskipun ada tantangan. Namun, pada hari Senin (07/08) panitia mengonfirmasi bahwa para peserta akan dievakuasi dan perkemahan ditutup akibat angin topan yang semakin mendekat.
Pihak penyelenggara juga mendapat kritik keras oleh media lokal dan para orang tua peserta karena kurangnya perencanaan dalam menghadapi cuaca panas ekstrem, meskipun Korea Selatan juga memiliki waktu enam tahun dalam mempersiapkan acara tersebut.
Selanjutnya, keterangan Menlu RI: