Pasukan Rusia telah menembak jatuh tujuh drone di wilayah Kaluga, kurang dari 200 kilometer (124 mil) barat daya Moskow. Ini terjadi di tengah lonjakan serangan drone Ukraina yang menargetkan ibu kota Rusia tersebut.
Dilansir kantor berita AFP, Kamis (3/8/2023), Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukan negara itu telah menggagalkan "serangan teroris dengan drone" di wilayah tersebut.
Gubernur wilayah Vyacheslav Shapsha mengonfirmasi melalui aplikasi perpesanan Telegram bahwa tujuh drone telah ditembak jatuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak ada korban jiwa, tambahnya.
Saat serangan Moskow di Ukraina memasuki tahun kedua, serangan drone atau pesawat tak berawak di kota-kota Rusia telah berlipat ganda.
Sebelumnya pada hari Selasa lalu, otoritas Rusia mengatakan pihaknya telah menangkis sebagian serangan drone di Moskow. Namun, salah satu dari drone itu menghantam sebuah bangunan di kota itu, yang telah mengalami serangan serupa selama akhir pekan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan pada hari Minggu lalu, bahwa "perang" akan datang ke Rusia, dengan "pusat-pusat simbolis dan pangkalan militer" negara itu menjadi sasaran.
Otoritas Ukraina menyatakan bahwa sekitar 10.749 warga sipil tewas dan 15.599 orang lainnya terluka di Ukraina sejak Rusia menginvasi negara itu pada Februari tahun 2022 lalu.
Korban tewas termasuk 499 anak, kata Yuriy Belousov, kepala Departemen Kejahatan Perang Kantor Kejaksaan Agung Ukraina, dalam wawancara dengan kantor berita Interfax-Ukraina, seperti dilansir CNN, Kamis (3/8/2023).
Dia mengatakan bahwa begitu wilayah-wilayah Ukraina yang diduduki Rusia berhasil direbut kembali, jumlah orang yang terbunuh diperkirakan akan "meningkat berkali-kali lipat."
"Saya pikir akan ada puluhan ribu orang tewas di Mariupol saja," kata Belousov.
Dia menambahkan bahwa angka yang dirilis Kantor Kejaksaan Agung Ukraina ini mirip dengan angka yang dikeluarkan organisasi-organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Sebelumnya pada 7 Juli lalu, PBB melaporkan telah mengkonfirmasi kematian "lebih dari 9.000 warga sipil, termasuk lebih dari 500 anak", tetapi jumlah sebenarnya diperkirakan lebih tinggi.