Dilansir kantor berita AFP, Selasa (1/8/2023), Salwan Momika dan Salwan Najem menginjak kitab suci umat Islam tersebut dan membakarnya, seperti yang mereka lakukan pada aksi protes di luar masjid utama di Stockholm pada bulan Juni lalu - yang memicu kemarahan di seluruh Timur Tengah.
Keduanya juga menggelar protes serupa di luar kedutaan Irak di Stockholm pada 20 Juli, di mana mereka menginjak Al-Qur-an tetapi tidak membakarnya.
Polisi Swedia telah memberikan izin untuk aksi protes oleh para juru kampanye yang berharap Al-Qur'an dilarang di negara itu.
"Saya ingin protes di depan parlemen Swedia dan menuntut agar Al-Qur'an dilarang," tulis penyelenggara aksi, Najem dalam permohonan izin demo, yang telah dilihat oleh AFP, menambahkan bahwa dia akan "membakar Al-Qur'an di sana."
Seperti pada protes sebelumnya, Momika dan Najem adalah satu-satunya peserta, dengan sekelompok kecil pengunjuk rasa berkumpul di luar penjagaan polisi, menurut seorang reporter AFP di tempat kejadian.
Mats Eriksson, juru bicara kepolisian Stockholm, mengatakan kepada AFP bahwa acara tersebut "diselenggarakan tanpa gangguan ketertiban umum yang serius".
Selama protes, Momika juga menginjak foto ulama Muslim Syiah dan pemimpin politik Moqtada Sadr -- yang para pengikutnya menyerbu kedutaan Swedia di Baghdad, Irak sebagai tanggapan atas pembakaran Al-Qur'an sebelumnya.
Perdana menteri dan presiden Irak "dengan keras mengutuk tindakan penodaan berulang" terhadap Al-Qur'an.
Mereka meminta negara-negara tempat serangan itu terjadi untuk mengambil "posisi yang lebih tegas dan mengakhiri praktik kriminal ini".
Lihat juga Video 'Aksi Injak-injak Al-Qur'an di Swedia':
(ita/ita)