Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengutus penasihat keamanan nasionalnya, Jake Sullivan, ke Arab Saudi untuk bertemu Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), pemimpin de-facto negara itu. Pertemuan itu membahas upaya AS mendorong normalisasi hubungan antara Saudi dan Israel.
Seperti dilansir Associated Press, Jumat (28/7/2023), Gedung Putih dalam pernyataan singkat menyebut Sullivan tiba di Jeddah pada Kamis (27/7) waktu setempat, untuk melakukan pembicaraan dengan MBS, yang juga menjabat Perdana Menteri (PM), dan para pejabat Saudi lainnya.
Disebutkan Gedung Putih bahwa pembicaraan luas dilakukan dalam kunjungan itu, mencakup inisiatif untuk 'memajukan visi bersama bagi Timur Tengah yang lebih damai, aman, makmur dan stabil', dan upaya mencari solusi permanen bagi konflik bertahun-tahun antara Saudi dan Houthi, yang bersekutu dengan Iran di Yaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya itu, menurut seorang pejabat Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih yang enggan disebut namanya, Sullivan dan MBS juga membahas harapan pemerintahan Biden untuk terwujudnya normalisasi hubungan antara Saudi dan Israel.
Dalam laporan terpisah, kantor berita Saudi Press Agency (SPA) mengakui adanya pertemuan itu. Namun SPA hanya melaporkan bahwa kedua pihak membahas soal hubungan strategis Saudi dan AS.
"Membahas soal hubungan strategis antara Saudi-AS dan cara-cara untuk meningkatkannya di berbagai bidang, selain membahas perkembangan regional dan internasional terkini yang menjadi perhatian bersama," sebut SPA dalam laporannya.
Saudi tidak merilis foto-foto pertemuan itu, yang juga dihadiri oleh Menteri Pertahanan dan Menteri Energi Saudi bersama Kepala Dana Investasi Publik. Washington diketahui berupaya membuat Riyadh mengakhiri perangnya di Yaman, sembari berusaha melobi harga minyak global, tanpa banyak keberhasilan.
Upaya untuk memperkuat hubungan yang sarat sejarah antara dua kekuatan penting di Timur Tengah dilakukan setelah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump membantu mewujudkan 'Perjanjian Abraham', yang berhasil menormalisasi hubungan antara Israel dengan Uni Emirat Arab, Bahrain dan Maroko.
Lihat Video '3 Warga Palestina Tewas Ditembak Tentara Israel di Tepi Barat':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Kesepakatan normalisasi dengan Saudi, negara Arab paling kuat dan paling kaya, berpotensi membentuk kembali kawasan tersebut dan meningkatkan kedudukan Israel secara historis.
Namun menengahi kesepakatan semacam itu menjadi pekerjaan berat, karena Riyadh telah menegaskan tidak akan secara resmi mengakui Israel sebelum ada penyelesaian untuk konflik Israel-Palestina yang berlangsung selama puluhan tahun.
Kunjungan Sullivan ke Saudi dilakukan setelah Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken berkunjung bulan lalu juga dalam misi mendorong normalisasi Riyadh dan Tel Aviv. Saat itu, Menlu Saudi Pangeran Faisal bin Farhan menegaskan normalisasi dengan Israel akan memiliki 'manfaat terbatas' tanpa 'menemukan jalan menuju perdamaian bagi rakyat Palestina'.
Saudi juga menunjukkan keragu-raguan untuk mengupayakan normalisasi hubungan dengan Israel pada saat negara Yahudi itu dipimpin oleh pemerintahan yang beraliran paling kanan dalam sejarah dan saat ketegangan Israel-Palestina meningkat.
Saudi berulang kali menyerukan pembentukan negara Palestina di Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Gaza, wilayah-wilayah yang direbut Israel dalam perang tahun 1967 silam.