Dilansir DW, Korut juga menggelar parade militer di Pyongyang dalam peringatan 70 tahun gencatan senjata perang Korea. Militer Korut memamerkan rudal-rudal canggih dalam parade tersebut.
Kim Jong Un memamerkan rudal-rudal berkemampuan nuklir yang dirancang untuk menyasar negara-negara tetangga dan daratan Amerika Serikat (AS). Bagi Kim, membawa Shoigu dan Li ke alun-alun utama Pyongyang untuk menyaksikan parade besar-besaran yang menampilkan tentara berjalan kaki, tank, dan rudal merupakan pencapaian terbesar yang dapat ia tunjukkan kepada khalayak dalam negerinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara Berbeda Korsel
Sementara, Korea Selatan melakukan hal berbeda untuk memperingati hari bersejarah itu. Presiden Korsel Yoon Suk Yeol mengundang puluhan veteran perang asing untuk menghormati para prajurit yang gugur dalam konflik tahun 1950-1953.
Konflik itu menewaskan dan melukai jutaan orang dan memicu permusuhan selama puluhan tahun antara Korea Utara dan Amerika Serikat. Presiden Yoon akan menggunakan peringatan ini untuk menyoroti ancaman Korea Utara yang terus meningkat dan memperkuat pertahanan dalam negeri serta aliansinya dengan AS.
Peringatan gencatan senjata ini digelar di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara dalam beberapa tahun terakhir. Ketegangan dipicu uji coba rudal Korea Utara dan latihan militer gabungan AS-Korea Selatan yang semakin meningkat dalam siklus balas-membalas.
Selama 70 tahun pasang surut diplomatik mereka, Korea Selatan dan Korea Utara secara konsisten melihat satu sama lain sebagai ancaman eksistensial. Hal itu menjadi alasan mengapa gencatan senjata tidak pernah digantikan oleh perjanjian damai seperti yang dimaksudkan pada awalnya.
Jaminan Keamanan AS bagi Korea Selatan
Bagi warga Korea Selatan, hasil utama dari gencatan senjata tahun 1953 adalah penandatanganan Perjanjian Pertahanan Bersama AS-Korea Selatan. Perjanjian itu ditujukan untuk menenangkan kegelisahan keamanan Korea Selatan tentang gencatan senjata dan terus menjadi dasar bagi aliansi militer kedua negara.
Presiden Yoon saat ini sedang gencar mencari jaminan yang lebih kuat dari AS bahwa mereka akan dengan cepat dan tegas menggunakan senjata nuklirnya untuk mempertahankan Korea Selatan jika terjadi serangan nuklir Korea Utara.
Ribuan orang diperkirakan akan menghadiri upacara peringatan gencatan senjata pada hari Kamis (27/7) di kota pelabuhan selatan Korea Selatan, Busan, yang merupakan lokasi pemakaman untuk menghormati para tentara PBB yang tewas selama perang.
"Meskipun ada banyak provokasi, tantangan, kesalahpahaman, dan bahkan kematian yang terjadi sejak penandatanganan perjanjian gencatan senjata, perjanjian itu secara umum telah bertahan selama 70 tahun," ungkap Andrew Harrison, seorang letnan jenderal Inggris yang menjabat sebagai wakil komandan di Komando PBB, dalam sebuah konferensi pers pada hari Senin (24/7).
(haf/haf)